Rektor Universitas Paramadina Tutup Usia, Selamat Jalan Prof. Firmanzah

Rektor Universitas Paramadina, Prof. Fiz Firmanzah Ph.D pada konferensi pers Science Film Festival 2020. Universitas Paramadina secara konsisten mempopulerkan festival film ini (KalderaNews/Syasa Halima).
Rektor Universitas Paramadina, Prof. Fiz Firmanzah Ph.D pada konferensi pers Science Film Festival 2020. Universitas Paramadina secara konsisten mempopulerkan festival film ini (KalderaNews/Syasa Halima).
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Rektor Universitas Paramadina, Prof. Firmanzah, S.E., M.M., M.Phil., Ph.D.tutup usia pada Sabtu, 6 Februari 2021. Situs resmi Universitas Paramadina mengabarkan berita duka ini.

“Berita Duka Cita. Innalillahi wa innailaihi raajiun. Telah meninggal dunia Prof. Firmanzah, Ph.D. Rektor Universitas Paramadina Sabtu, 6 Februari 2021,” tulis pihak universitas pada Sabtu, 6 Februari 2021.

“Mohon doa agar almarhum husnul khotimah, diampuni dosa2 nya dan diterima segala amal ibadahnya. Amin YRA. Akan dimakankan hari ini setelah Shalat Dzuhur di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Alamat rumah duka; Taman Parahyangan Golf, Jl. Situ Indah Golf No. 12, Sentul Selatan, Bogor, Jawa Barat.”

BACA JUGA:

Sosok yang pernah menjadi Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia periode 2009-2012 di usia yang relatif muda (32 tahun) itu juga pernah menjadi Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Pria kelahiran Surabaya 7 Juli 1976 itu menjabat sebagai Rektor Universitas Paramadina mulai 15 Januari 2015 menggantikan Anies Baswedan yang saat itu ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ia menghabiskan masa SD hingga SMA di Kota Pahlawan dan lulus Universitas Indonesia Jurusan Manajemen pada 1998.

Ia melanjutkan pendidikan dan lulus magister manajemen pada 2000, meraih gelar M.Phil bidang Organisation and Manajemen Strategic di University of Lille 2005, serta Program Doktoral di Strategic and Manajemen International (UUPA).

Sebelum menjadi rektor termuda di Universitas Paramadina, Firmanzah merupakan profesor termuda dan pernah menjabat Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia periode 2009-2012.

Firmanzah juga pernah menjabat staf ahli ekonomi pada era Susilo Bambang Yudhoyono pada 2012-2014. Semenjak Firmanzah resmi menjadi staf khusus Presiden bidang ekonomi, ia langsung mengundurkan diri dari jabatan sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI).

Pria yang tutup usia pada usia 44 tahun ini merupakan anak ke 8 dari 9 bersaudara. Ia terlahir di keluarga sederhana pasangan Ibu Kusweni yang buta huruf dan Ayah Abdul Latief.

Di usia dua tahun, Fiz, sapaan akrabnya, ditinggalkan oleh ayahnya karena perceraian. Peraih gelar doktor dari University of Pau et Pays de l’Adour, Prancis, ini tidak pernah membayangkan bisa menjadi dekan universitas ternama di Indonesia itu di usia mudanya.

Fiz merupakan lulusan Fakultas Ekonomi UI pada 1998. Setelah itu, ia bekerja sebagai analis pasar pada sebuah perusahaan asuransi dan menjadi asisten dosen di UI. Fiz kemudian meneruskan studinya ke Universitas Lille di Prancis.

Ia mendalami bidang strategi organisasi dan manajemen atas beasiswa dari universtas tersebut. Firmanzah juga sekaligus menjalani studinya pada tingkat doktoral dalam bidang manajemen internasional dan strategis di Universitas Pau and Pays De l’Adour, dan selesai pada 2005.

Selepas lulus program doktoralnya, Fiz sempat mengajar setahun di Prancis hingga akhirnya memutuskan pulang ke Tanah Air dan bekerja di UI pada 2005. Ia kembali kembali ke Indonesia atas permintaan Dekan FE UI saat itu, Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro. Tiga tahun setelahnya, tepatnya pada 14 April 2008, Firmanzah mengukir sejarah di alma maternya. Ia terpilih sebagai dekan FE UI menggantikan Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro.

Ia mengungguli lima kandidat lainnya: yakni Dr. Adi Zakaria, Dr. Nining Soesilo, Prof. Akhmad Syahroza, Dr. Chaerul Djakman, Dr. Syaifol Choeryanto.

Dalam kehidupan, pengagum teori Tsun Zu ini menyatakan bahwa humanity’s strongest instinct to win battles, which can be applied to any walk of life. Battles are everywhere and what makes the difference between the loser and the winner is their strategy.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*