JAKARTA, KalderaNews.com – Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan dirasakan segala sektor, terutama pariwisata. Banyak masyarakat yang menunda liburan hingga akhirnya obyek wisata menjadi sepi pengunjung.
Kondisi tersebut membuat Prodi Pariwisata Universitas Nasional (Unas) mengadakan seminar daring pada 7 Januari lalu untuk bisa memberikan energi dan solusi terbaik untuk membangkitkan industri pariwisata di Indonesia.
BACA JUGA:
- Peneliti Universitas Nasional Ajak Kolaborasi Pengembangan Cagar Biosfer SAMOTA
- Indonesia Menambah Dua Cagar Biosfer Baru
- Tugas Pokok Dosen Bukan Hanya Mengajar, Tapi Juga Publikasi Ilmiah
Dilansir dari situs resmi Universitas Nasional, Program Studi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unas promosikan wisata alam bantu promosikan wisata alam ‘Prai Ijing Village ‘ di Sumba Barat. Kegiatan berupa seminar online ini bertujuan untuk membangun dan meningkatkan destinasi wisata di Indonesia. Acara tersebut bertema ‘A Journey of Beautiful Prai Ijing Village in West Sumba.’
Ketua Progam Studi Pariwisata FEB Unas, Rizki Nurul Nugraha, S.S.T., Par., M.Par. mengatakan bahwa penurunan pamor pariwisata akibat Covid-19 turut menyumbang dampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Saat ini, industri pariwisata di Indonesia tengah mengalami penurunan. Hal ini juga berdampak pada pertumbuhan perekonomian,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa mahasiswa prodi pariwisata sudah seharusnya bantu mempromosikan dan mencari solusi untuk destinasi wisata di Indonesia, salah satunya Sumba Barat.
“Sebagai mahasiswa dan orang yang berilmu di bidang pariwisata, saatnya kita membantu mempromosikan destinasi wisata di Indonesia, salah satunya di Sumba Barat,” jelasnya dalam seminar online prodi Pariwisata.
Dengan begitu, ia berharap bahwa kegiatan ini dapat menambah wawasan serta meningkatkan kembali destinasi pariwisata di Indonesia, sehingga bisa bermanfaat bagi kemajuan bangsa di masa depan.
Hadir sebagai narasumber, Kepala Desa Tebara, Marthen Ragowino Bira, S.S. mengatakan bahwa Prai Ijing merupakan salah satu kampung yang berada di Sumba Barat dengan jarak tempuh 15 menit dari pusat kota. Hebatnya, destinasi wisata tersebut pernah meraih juara 3 nasional dengan adat terpopuler dan tengah viral di industri pariwisata.
Kampung tersebut memiliki asal usul budaya yang kuat. Selain itu, aksesnya juga mudah ditempuh. Hal tersebut menjadi nilai tambah untuk daya tarik wisatawan.
“Kampung ini terikat dengan suku budaya yang kuat. Inilah yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Selain aksesnya yang mudah dari Sumba Barat, kampung Prai Ijing yang masih mempertahankan kearifan budaya dan adatnya,” tuturnya.
Meski demikian, wisata di tengah pandemik juga mewajibkan para pengunjungnya untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. Wisatawan wajib menggunakan masker, membawa handsanitizer, rajin mencuci tangan saat berwisata, rajin mengkonsumsi vitamin sebelum berpergian, dan mewajibkan para wisatawan untuk membawa peralatan pribadi masing-masing seperti peralatan makan dan perlengkapan ibadah.
Lalu, Kepala Desa juga mengungkapkan kekhawatiran penularan virus saat jalan-jalan. Maka dari itu, ia menyebutkan bahwa kawasan lebih banyak membuka private trip dibandingkan open trip. Wisatawan juga wajib melampirkan rapid antigen dengan hasil negatif.
“Selain itu, kami juga lebih banyak membuka private trip, dibandingkan open trip yang harus berkumpul dengan orang lain. Karena kalau open trip lebih riskan untuk menularkan. Dan yang yang terpenting juga mewajibkan untuk melakukan rapid antigen dahulu dengan hasil negatif,” tandasnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply