JAKARTA, KalderaNews.com – Benda berwarna oranye yang kerap disebut black box atau kotak hitam yang ada di pesawat ini menjadi salah satu yang paling dicari saat terjadi kecelakaan pesawat, seperti dalam peristiwa jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu, 9 Januari 2021. Penemuan black box dianggap penting untuk menentukan penyebab kecelakaan pesawat.
Tetapi, tahukah kamu, siapa penemu black box pesawat?
BACA JUGA:
- 5 Fakta Tentang Black Box Pesawat, Kotak Hitam yang Berwarna Oranye
- 7 Penyebab Pesawat Terjatuh, 50 Persen Karena Kelalaian Pilot
- Pesawat Tanpa Awak Buatan Anak UGM Sukses Taklukkan Langit Istanbul
Ia adalah David Warren. Dan begini kisahnya.
Penemuan black box diawali dengan kematian ayah David Warren, lantaran kecelakaan pesawat. Pada 19 Oktober 1934, ayah David menjadi penumpang pesawat bersama seorang bayi laki-laki, 3 wanita, dan 7 laki-laki. Ayahnya, Hubert Warren, yang bekerja sebagai misionaris, dalam perjalanan menuju Sydney, Australia. Kala itu, David masih berusia 6 tahun.
Pesawat itu bernama Miss Hobart. Pesawat itu hilang di daerah Launceston dan Melbourne. Otoritas Penerbangan Sipil Australia melakukan pencarian, tetapi nihil alias tak menemukan hasil. Kejadian ini yang pertama kali di Australia. Semua penumpang dinyatakan tak selamat.
David sempat dihadiahi seperangkat radio kristal oleh ayahnya. Hadiah tersebut menjadi awal kecintaannya pada dunia sains.
Dan cintanya pun terwujud. David bekerja sebagai peneliti di Aeronautical Research Laboratory (ARL) di Melbourne pada 1954. Ia terlibat dalam penyelidikan kecelakaan pesawat komersial bertenaga jet pertama di dunia, Comet. Pesawat Comet diluncurkan pada 1952.
Tiga pesawat Comet hilang sesaat setelah lepas landas dan menewaskan semua penumpang. David berpikir, jika peneliti mengetahui apa yang terjadi pada menit-menit sebelum pesawat jatuh, maka dapat membantu mencegah kecelakaan yang sama di kemudian hari.
Dari situ muncul ide merancang black box. Ide itu kian menguat ketika ia terpesona dengan miniatur perekam pertama di dunia yang dapat ditaruh di kantong. Ia mengatakan ide itu kepada rekannya, tetapi diabaikan.
David Warren tak patah arang. Ia menyampaikan ide membuat alat perekam penerbangan kepada atasannya. Lagi-lagi, sang atasan menolak ide itu.
Suatu ketika, atasannya diganti. Atasan baru itu memberi ijin resmi bagi David untuk membuat alat perekam penerbangan, dengan syarat David harus menulis laporan rutin tentang ide tersebut.
David berhasil menciptakan alat perekam penerbangan pesawat. David menerbitkan laporan pada 1954 berjudul “A Device for Assisting Investigation into Aircraft Accidents”, yang menggambarkan sistem teoritis dan prototipe black box, yang memungkinkan penyimpanan hingga empat jam suara dan data instrumen penerbangan.
Ia pun mulai mengenalkan alat perekam penerbangan tersebut ke berbagai maskapai. Namun, karyanya tidak laku dan banyak ditolak maskapai penerbangan di Australia.
David terus menawarkan karyanya hingga ke Inggris, Amerika Serikat, dan Perancis. Tetapi, tetap tak direspon.
Baru pada 1958, seorang pejabat Inggris, Robert Hardingham, menyadari pentingnya alat perekam pada pesawat temuan David. Dan selang beberapa tahun, black box laku dijual. Awalnya, alat tersebut disebut “Red Egg”, sebab berbentuk bulat lonjong dan berwarna merah.
Akhirnya, pada 1960, Australia menjadi negara pertama yang mewajibkan penggunaan black box untuk semua pesawat komersial. Temuan ini lantas diterapkan untuk semua pesawat di seluruh dunia.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!
Leave a Reply