Motivation Letter Jangan Saklek-Saklek Amat, Apa Maksudnya?

Hanif Falah, Panelis Erasmus pada rangkaian webinar Nuffic Neso 2021 (23/1) (KalderaNews/Dok.Syasa)
Country Representative of Erasmus Mundus Association Indonesia, Hanif Falah di Virtual Holland Scholarshio Day (HSD) , Sabtu, 23 Januari 2021 (KalderaNews/Syasa Halimah)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Acara tahunan Nuffic Neso Virtual Holland Scholarship Day (HSD) disemarakkan dengan webinar Beasiswa Erasmus Plus pada Sabtu, 23 Januari 2021. Pada kesempatan tersebut hadir pembicara Hanif Falah yang memberikan sedikit tip untuk menyusun motivation letter saat melamar beasiswa Erasmus.

Country Representative of Erasmus Mundus Association Indonesia itu memaparkan bahwa menulis motivation letter memiliki beberapa pendekatan. Menulisnya pun bukan sekadar pengenalan diri, tetapi harus dibungkus ciamik.

Motivation letter itu sangat penting. Ada beberapa pendekatan untuk motivation letter. Akan ada yang bilang bahwa motivation letter harus kaku, ya udah at it is be. Menurut saya akan banyak orang yang membuat seperti itu, jadi motivation letter kalau teman-teman bisa google sebenernya banyak yang approach motivation letter menurut saya lebih kreatif, observasi kehidupan, kayak gitu misalnya,” paparnya.

BACA JUGA:

Ia menceritakan pengalaman kandidat yang lolos beasiswa Erasmus untuk melanjutkan pendidikan S2 ke Eropa bahwa motivation letternya merupakan observasi.

“Pernah ada (kandidat) yang dapat tempat di universitas top di Eropa, di motivation letternya dia observasi ke pasar, lalu dari pasar ia bilang bahwa ini adalah the level of economic activity. Ia jelaskan dan itu menurut saya bagus banget,” ujarnya.

Ia menyebutkan bahwa motivation letter bisa dengan pendekatan analisa. Hal tersebut akan lebih menarik pembaca untuk melihat keseluruhan isi.

“Jadi, kalau teman-teman membuat motivation letter bisa dengan yang lempeng-lempeng aja. tapi bisa juga pendekatannya dengan analisa, jadi ada 1 analisa, kalau saya pribadi saya analisa fenomena. Waktu itu saya analisa fenomena tentang foreign aid it doesn’t mean local people indigenous. Karena dari situ banyak faktor yang mempengaruhi dan dari situ saya mencoba observasi itu secara policy,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan pendekatan melalui pengalaman, contohnya pekerjaan. Kandidat dapat menulis motivation letter berdasarkan pengalaman yang pernah didapat atau dirasakan.

“Ada juga yang pendekatannya dari pekerjaan dia kenapa pekerjaan dia sangat menarik dan akhirnya ia merasa udah mentok dan ia butuh ilmu. Tapi enggak cuman ngomong gitu. Kalian benar-benar nulisnya tuh harus bagus banget, writingnya kayak why it make sense for them to accept you,” jelasnya pada webinar.

Ia menjelaskan lebih rinci bahwa penyusunan motivation letter yang menarik akan menggugah panitia beasiswa bahwa kandidat dapat berkontribusi saat diskusi di kelas.

“Karena dinamika di kelas itu mereka akan mencari, mereka kalau misalnya punya mahasiswa dengan latar belakang yang berbeda, they would love it. Karena ketika ada diskusi suatu mata kuliah, kalian akan bisa menyumbang dengan perspektif kalian, dengan pengalaman kalian, seperti itu,” tuturnya.

Selain itu, ia memberikan perspektif bahwa program Erasmus sangat kompetitif, maka dari itu motivation letter yang kandidat tulis harus menonjol. Kandidat dapat mengetahui hal tersebut bahwa masih banyak kampus top di Eropa yang belum memiliki mahasiswa Indonesia. Motivation letter yang ciamik akan menjadi poin utama supaya panitia yakin bahwa pilihannya tidak salah.

“Kalau motivation letter, saya lebih ke madzhab yang menurut saya approachnya jangan yang standar banget. Karena kalau kalian going to competitive program, menurut saya you can look the list of erasmus master, lokal misalnya kampus yang bagus-bagus, tapi belum ada mahasiswa Indonesia. Itu kompetitif banget dari segi negara, it won’t work kalau kalian nulis lempeng-lempeng aja,” paparnya.

Ia menyarankan untuk cari sedikit informasi di google mengenai contoh motivation letter dari kampus-kampus ternama di Eropa. Tonjolkan isu yang berhubungan dengan jurusan dan kampus yang dilamar, lalu pastikan kuliah merupakan jawaban untuk membantu Anda untuk mengembangkan ilmu, sehingga ide kandidat dapat memperbaiki keadaan.

Salah satu panelis, Argo, turut memberikan tip bahwa pentingnya menjadi diri sendiri ketika menulis motivation letter (motlet). Banyaknya faktor terpilihnya suatu motlet memang tidak mutlak, akan tetapi kandidat bisa menjadi versi terbaik untuk dirinya sendiri.

“Banyak faktor terpilihnya motivation letter, tergantung jurusan atau tipe panitia yang membaca motivation letter, apakah harus scientific atau lebih ke eksploratif. Banyak faktor mutlak yang kita tidak tahu, tapi yang bisa kita usahakan adalah menjadi diri kita sendiri di dalam motlet,” ujarnya.

Di sisi lain, Hilman membalas bahwa menjadi diri sendiri merupakan hal yang penting karena para panitia membaca ribuan motivation letter. Jika terlalu kaku atau saklek, maka bisa saja mereka membaca hal yang biasa saja atau membosankan.

“Orang-orang lupa bahwa mereka (panita) membaca motivation letter, jadi pastikan ada personality kalian as in kayak ketika mereka baca, mereka enggak cuman baca essai yang menarasikan : saya achieve ini, dan lain sebagainya, it wouldn’t work. Make it a narrative. Misalnya, cerita pengalaman commuting, lalu bicara polusi udara, tapi saya enggak punya S2 untuk bekerja di Kementerian, maka dari itu saya butuh S2 ini. That works,” paparnya.

Maka dari itu, kandidat harus mencari contoh motlet dari kampus ternama untuk menjadi referensi dasar supaya kebayang cara menulisnya. Paragraf pertama menjadi penentu apakah panitia ingin lanjut atau tidak membaca kalimat yang kandidat susun.

“Makanya, di dalam motivation letter ada namanya hook sentence yang ada di first paragraph. Itu penentu mereka akan lanjut atau tidak membaca motivation letter,” tandasnya.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*