Problematika Standar Baku PJJ, Pekerjaan Impian Hingga Minimnya Lowongan Pekerjaan

Ilustrasi pertimbangan memilih negara tujuan untuk kuliah di luar negeri (KalderaNews/Ist)
Ilustrasi pertimbangan memilih negara tujuan untuk kuliah di luar negeri (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Peneliti Universitas Lampung, Budi Kadaryanto dalam penelitiannya menemukan bahwa hingga saat ini belum ada standar baku yang dapat dijadikan acuan untuk menjamin mutu pembelajaran jarak jauh.

Hal ini terungkap dalam hasil penelitiannya yang berjudul “Pembelajaran Jarak Jauh di Perguruan Tinggi di Masa Pandemi Covid-19; Sistem Penjaminan Mutu” yang dipaparkan di seminar Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak), Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pekan ini.

Ia menjelaskan hal-hal yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbud baru sebatas melakukan pemantauan implementasi pembelajaran daring, menyediakan platform pembelajaran daring, melakukan capacity building, memberikan insentif percepatan dan perluasan implementasi pembelajaran jarak jauh (PJJ), dan melakukan standarisasi nasional PJJ (menyusun Permendikbud Standar Nasional PJJ).

BACA JUGA:

Terkait variasi implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) ia menegaskan, “Belum ada standar baku yang dapat dijadikan acuan untuk penjamin mutu pembelajaran jarak jauh.

“Pemerintah perlu mendorong kolaborasi antar perguruan tinggi, mendorong pembinaan antar perguruan tinggi, maupun antara perguruan tinggi dengan mitra eksternal, ini semua untuk mengembangkan sistem dan mutu pembelajaran jarak jauh di perguruan tinggi,” lanjut Budi.

Sementara itu, Wahyu Kustiningsih dari Universitas Gajah Mada dengan hasil temuannya yang berjudul “Memetakan Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Lulusan Baru Perguruan Tinggi di Indonesia” menemukan bahwa pekerjaan impian para lulusan baru perguruan tinggi adalah pada sektor pendidikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti gaji tetap, hubungan kerja tetap, dan status sosial.

“Selain dari sektor itu, pekerjaan impian lainnya adalah hal yang berhubungan dengan perdagangan, bisnis, dan ritel, lalu disusul dengan hal yang menyangkut teknologi komputer dan internet,” kata Wahyu.

M. Falikul Isbah dari Universitas Gajah Mada juga menemukan dari hasil penelitiannya yang berjudul “Mengeksplorasi Praktik Baik (Best Practices) Lulusan Baru Perguruan Tinggi dalam Menavigasi Transisi Kepemudaan di Masa Pandemi” bahwa sebelum pandemi pekerjaan bagi lulusan universitas bukanlah sebuah perkara yang mudah. Saat situasi pandemi Covid-19, tentunya menambah kesulitan dalam mencari pekerjaan.

Falikul menegaskan bahwa sedikitnya lowongan kerja dan pembatasan mobilitas akibat pandemi telah melipatgandakan kesulitan mendapatkan pekerjaan dan memulai usaha.

“Fresh graduate tentunya berupaya beradaptasi dengan berbagai cara, sambil tetap menggenggam pekerjaan impian mereka,” tegas Falikul.

Ia pun merekomendasi penekanan paradigma Kampus Merdeka yaitu agar perguruan tinggi lebih terbuka pada hal-hal baru untuk dipelajari. Ia menjelaskan, perguruan tinggi perlu menambah intensitas perjumpaan dan exposure mahasiswa dengan dunia luar.

“Perguruan tingi perlu memfasilitasi tumbuh kembang ruang-ruang bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi hard skills, soft skills, dan civic skills di dalam kampus,” tandas Falikul.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*