JAKARTA, KalderaNews.com – Berdasarkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) tercatat hingga 2019 terdapat 106.406 anak di 4864 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)/Panti Asuhan terdaftar di seluruh Indonesia. Hasil penelitian Kemensos, UNICEF dan Save The Children memberi gambaran yang komprehensif tentang kualitas pengasuhan dalam panti asuhan di Indonesia.
Di antaranya panti asuhan lebih berfungsi sebagai lembaga penyedia akses pendidikan daripada sebagai lembaga alternatif terakhir pengasuhan anak yang tidak dapat diasuh oleh orang tua atau keluarganya, sebab ternyata 90% anak yang tinggal di sana masih memiliki orang tua dan dikirim ke panti dengan alasan utama untuk melanjutkan pendidikan.
Pengamat Kesejahteraan Sosial Universitas Padjadjaran, Dr. Budi M. Taftazani, S.Sos., MPSSp. mengakui motivasi dari keberadaan anak-anak dari keluarga tidak mampu di panti asuhan justru agar dapat memenuhi kebutuhan pendidikannya.
BACA JUGA:
- Inilah Pemenang Kompetisi Aksi Nyata Kita Melawan Kekerasan Berbasis Gender
- Bikin Penasaran Jurnalis, Anak Jalanan Kurang Gizi Kok Bisa Menangi Nobel Kedokteran
- Menristek: Makanan Bergizi Jadi Misi Utama Kurangi Stunting Sejak Dini
“Mereka umumnya masih memiliki orang tua, baik orang tua lengkap, maupun tunggal, akibatnya fungsi panti bergeser menjadi pengganti fungsi keluarga. Untuk itu, para penyelenggara panti seharusnya menjalankan Standar Nasional Pengasuhan Anak serta lembaganya sendiri sebaiknya disertifikasi,” ungkap Budi M. Taftazani.
UU dan PP yang mengatur Panti Asuhan menekankan pada pemenuhan hak-hak anak seperti tugas perlindungan anak untuk menghindarkan anak dari keterlantaran, eksploitasi dan kekerasan, serta juga pemenuhan pendidikan. Proses pendidikan ini selama ini diserahkan kepada lembaga pendidikan formal di sekolah.
Selanjutnya, Budi juga menegaskan bahwa pada kenyataannya, anak-anak membutuhkan perhatian khusus, karena berasal dari latar belakang yang terpisah dari keluarga dibandingkan anak-anak yang memiliki orang tua lengkap atau tinggal dengan keluarga.
Program pengasuhan juga hendaknya disiapkan untuk mendukung pendidikan umum yang diterima di sekolah, ditambah pendidikan budi pekerti dan keagamaan, serta seharusnya panti ditempatkan sebagai the last resource terutama bagi anak yang masih memiliki orang tua, sehingga hak anak untuk tinggal bersama keluarga tetap diperhatikan.
“Jadi, anak-anak di panti asuhan membutuhkan bimbingan dan motivasi khusus untuk mencapai cita-cita dan impiannya, seperti jika mereka mereka tinggal di dalam keluarga yang harmonis. Pastinya ini bukan hal mudah, oleh karena itu dukungan eksternal dari masyarakat menentukan kemampuan panti asuhan di dalam upayanya memberi pengasuhan optimal bagi anak-anak yang dititipkan di sana,” papar Budi M. Taftazani.
Dinamika sosial di era pandemi COVID-19 membawa dampak tidak menguntungkan bagi banyak kelompok masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat yang terdampak adalah anak-anak panti asuhan yang mengalami kesulitan mengakses pendidikan. Namun rupanya COVID-19 ini membuka peluang untuk menjadikan pendidikan di panti asuhan menjadi wacana yang membutuhkan perhatian khusus.
High Desert International (HDI), perusahaan social network marketing dan produk kesehatan berbasis hasil perlebahan dan madu berkolaborasi dengan platform filantropi digital benihbaik.com meluncurkan inisiatif pengumpulan donasi dan penyediaan program pendidikan melalui program ‘Make Life Meaningful – Hope for a Better Life’ yang ditargetkan menjangkau lebih dari 10.000 anak panti asuhan di Indonesia. Konferensi pers dilakukan pada 22 Desember 2020.
Brandon Chia, CEO dan Chairman HDI menuturkan sejak awal hadir di Indonesia pada tahun 1993, HDI memang berorientasi mensejahterakan masyarakat dan menolong sesama.
“Kali ini berkolaborasi dengan benihbaik.com, HDI meluncurkan program ‘Make Life Meaningful – Hope for a Better Life’, program pemberdayaan anak-anak panti asuhan yang hingga kini berhasil menjangkau 10.317 orang anak di 136 panti asuhan di Indonesia (cek lembar fakta), tentu saja kami harap angka ini akan bertambah seiring dengan penambahan jumlah donasi yang berhasil kami kumpulkan,” papar Brandon Chia.
TV persona dan Tokoh Sosial, Andy F. Noya di acara yang sama juga berharap melalui platform ini, masyarakat juga tertarik ikut mendukung program ini. Ia ingin memastikan bahwa semua anak di Indonesia, terutama yang kurang mampu, memiliki harapan dan kesempatan untuk sukses melalui motivasi, disiplin dan pendidikan.
Julianto Eka Putra, pendiri Sekolah SPI dan peraih penghargaan Kick Andy Heroes 2018 memaparkan hal serupa. Ia ingin anak-anak di panti asuhan memiliki kehidupan yang lebih baik.
“Di tahun pertama, HDI fokus membangun harapan anak-anak di panti asuhan. Sebagaimana dipraktekkan di dalam bisnisnya, HDI memberdayakan masyarakat dengan membangun mimpi (dream), cita-cita dan goal setting. HDI ingin anak-anak panti asuhan memiliki harapan yang sama, yaitu mimpi akan kehidupan yang lebih baik,” papar Julianto Eka Putra.
Dukungan HDI sendiri berupa program internal bagi seluruh enterpriser HDI, yaitu setiap pembelian triple honey set, enterpriser HDI bisa menjadi bagian dari gerakan untuk masa depan anak Indonesia ini. Bentuk donasi berupa dream books bagi anak-anak di panti asuhan akan membantu mereka memvisualisasikan cita-citanya, serta buku-buku pelajaran dan bacaan untuk anak-anak.
“Dream Book sendiri merupakan fondasi bagi pendidikan terbuka yang telah sukses dipraktekan di Sekolah SPI dan berhasil mengubah pola pikir anak-anak dari keluarga kaum dhuafa menjadi anak-anak yang bersemangat dan bermental kewirausahaan,” ungkap Julianto Eka Putra.
Pemberian donasi ini pun rencananya akan dikawal Julianto Eka Putra dan tim alumni Sekolah SPI yang akan membantu implementasi program ini dengan melakukan pembinaan dan pembekalan pada koordinator Panti Asuhan, agar mampu memfasilitasi program pendidikan ini.
“Melalui distribusi dream book ini, HDI ingin memperkaya pikiran anak-anak panti asuhan, memberi mereka harapan dan pendidikan praktis untuk mempelajari nilai-nilai moral yang baik, integritas yang tinggi dan nilai kerja keras sejak muda, serta tidak berkecil hati oleh kondisi mereka, baik kegagalan dan kemunduran,” pungkasnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply