JAKARTA, KalderaNews.com – Jurnal ilmiah Nature merilis 10 ilmuwan yang berhasil mengeksplorasi sains dan beberapa orang yang memainkan peran penting dunia sosial dan ilmu pengetahuan. Salah satunya berasal dari Indonesia, yakni Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., M.P.H.,Ph.D, Peneliti Fakultas Kedokteran, Kesehatan, Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM).
Nature’s 10 bukanlah penghargaan atau peringkat. Pilihan ini disusun editor Nature untuk menyoroti peristiwa-peristiwa penting dalam sains melalui cerita menarik dari mereka yang terlibat.
BACA JUGA:
- Teliti Daging Analog, Mahasiswa UAJY Jadi Pemenang Nutrifood Terpilih
- Guru Asal India Jadi Pemenang Global Teacher Prize 2020, Berhadiah 14 Miliar
- Yuk Kenalan dengan Gitanjali Rao, “Kid of the Year” Pertama Majalah Time
Nah, berikut daftar 10 orang berpengaruh dalam dunia sains versi Jurnal Nature:
- Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
- Verena Mohaupt, koordinator logistik Multidisciplinary drifting Observatory for the Study of Arctic Climate (MOSAiC), ekspedisi penelitian Arktik terbesar dalam sejarah.
- Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., M.P.H.,Ph.D, Peneliti Fakultas Kedokteran, Kesehatan, Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada ( UGM)
- Gonzalo Moratorio, ahli virus di Pasteur Institute and the University of the Republic Uruguay
- Kathrin Jansen, kepala penelitian dan pengembangan vaksin di perusahaan obat AS, Pfizer
- Zhang Yongzhen, ilmuwan yang memposting urutan RNA virus corona secara online yang pertama.
- Chanda Prescod-Weinstein, kosmolog yang menghadapi rasisme dalam sains dan masyarakat.
- Li Lanjuan, epidemiolog yang menyarankan lockdown di Wuhan untuk mengendalikan wabah Covid-19.
- Jacinda Ardern, Perdana Menteri Selandia Baru yang mendapat pujian atas tindakan efektif selama pandemi Covid-19.
- Anthony Fauci, seorang dokter di AS yang terkenal membantu para pasien Covid-19.
Lantas, siapa Adi Utarini sehingga layak masuk dalam daftar 10 orang berpengaruh dalam dunia sains versi Jurnal Nature?
Adi Utarini adalah peneliti utama World Mosquito Program Yogyakarta yang telah berhasil menurunkan 77 persen kasus demam berdarah di Yogyakarta. Hal itu dilakukan dengan membiakkan nyamuk penyebar virus demam berdarah, Aedes aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia.
Adi Utarini melakukan penelitian Wolbachia pada 2012. Penyakit demam berdarah sampai kini belum ada solusi yang efektif. Belum ada obat yang spesifik untuk virus demam berdarah tersebut.
Pada Agustus 2020, World Mosquito Programme (WMP) Yogyakarta menyampaikan hasil penelitian yang menunjukan di wilayah yang menerapkan Wolbachia angka kejadian kasus demam berdarahnya mengalami penurunan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa di wilayah yang menerapkan Wolbachia, angka kejadian demam berdarahnya 77 persen lebih rendah dibandingkan wilayah yang tanpa Wolbachia.
Menurut Adi Utarini, penyebaran nyamuk ber-Wolbachia saat ini masih di wilayah Kota Yogyakarta. Tahun depan, penyebaran akan diperluas di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply