Pekan Pendidikan dan Penelitian WINNER Bahas Aspek Pendidikan Vokasi dengan Swasta

Lulus Kuliah, Kerja Dulu 1-3 Tahun, Baru Balik Indonesia
Direktur Nuffic Neso Indonesia, Peter van Tuijl (KalderaNews/JS de Britto)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Untuk pertama kalinya Indonesia-Belanda akan menghelat pekan akbar  bertajuk “Achieving the SDGs: from Knowledge to Practice” pada 24-26 November. WINNER merupakan acara tahunan yang mempertemukan peneliti, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan dari Indonesia serta Belanda.

Para peserta yang hadir akan menyaksikan presentasi hasil penelitian, perkuat kolaborasi penelitian dan pendidikan, dan menambah koneksi baru. WINNER 2020 dihelat secara kolaboratif oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), Dutch Research Council (NWO), Royal Netherlands Academy of Arts and Sciences (KNAW), Nuffic Neso Indonesia, dan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Jakarta.

Pada sesi konferensi pers, Direktur Nuffic Neso Indonesia, Peter Van Tuijil, membahas sesaat kerja sama vokasi antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dengan Belanda. Hal tersebut bertujuan memperbaiki kurikulum guru Indonesia untuk sekolah SMK.

BACA JUGA:

“Ada beberapa aspek dalam project tersebut, misalnya expert dari Belanda bantu untuk memperbaiki kurikulum untuk guru di Indonesia untuk SMK dan juga ada aspek pelatihan untuk guru, organisasi sekolah, dan juga teknik pendidikan, sehingga mahasiswa di SMK bisa dapat pendidikan lebih praktis,” ujarnya.

Selain itu, kerja sama vokasi untuk pendidikan yang lebih baik akan dibahas pada presentasi penelitian WINNER. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim, akan menyampaikan materi dengan topik kerja sama sektor publik dan sektor swasta serta hubungannya dengan sekolah.

“Ini juga sangat penting dan akan menjadi satu topik dalam WINNER juga, Pak Nadiem sendiri akan ngomong, akan diwawancara oleh dua moderator tentang topik kerja sama antara sektor publik dan sektor swasta. Karena salah satu masalah, apalagi di tingkat SMK di Indonesia adalah output dari sekolah mencapai ke sektor,” tuturnya saat berbincang dengan KalderaNews.

Ia menambahkan bahwa adanya kesenjangan keahlian dengan marketnya merupakan salah satu masalah untuk Indonesia. Ia memberi contoh, mahasiswa pertanian yang terserap ke industrinya hanya 20% hingga 25%. Jika negara bisa memperkuat hubungan antara sekolah dengan sektor swasta, maka keahlian dapat digunakan secara lebih efisien dan efektif.

“Dari sisi negara ini sayang, maka kita harus mendukung hubungan langsung antara sekolah dengan marketnya. Mereka harus masuk ke sektor agri, kalau kita bisa memperkuat hubungan antara sekolah dengan sektor swasta, maka akan lebih efisien dan lebih efektif,” jelasnya.

KalderaNews bertanya mengenai kebijakan alih jenjang vokasi ke sarjana pada Nuffic Neso Indonesia. Adanya perbedaan kebijakan pendidikan di Belanda membuat persepsi bahwa Program Vokasi merupakan tingkat pendidikan setara sekolah kejuruan (SMK).

“Memang untuk digabung tingkat pendidikan di Belanda dan tingkat pendidikan di Indonesia tidak mudah, tapi sebetulnya kita sudah mulai dengan exchange antara beberapa SMK dan beberapa sekolah di Belanda,” ucapnya sembari mengakhiri tanya jawab.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*