Mendikbud: 8 IKU Mengukur Kesuksesan Program Kampus Merdeka

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, pada Studium Generale 2020 (02/11). Kemdikbud merampingkan indikator kesuksesan Program Kampus Merdeka menjadi 8 Indikator Komponen Utama (IKU) (KalderaNews/Syasa Halima).
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, pada Studium Generale 2020 (02/11). Kemdikbud merampingkan indikator kesuksesan Program Kampus Merdeka menjadi 8 Indikator Komponen Utama (IKU) (KalderaNews/Syasa Halima).
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – LPDP RI mengadakan Studium Generale 2020 dengan tema Rekacipta Generasi Muda Menuju Indonesia Emas pada Senin (02/11). Pada acara tersebut, hadir Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, sebagai salah satu pembicara utama.

Mengenai Program Kampus Merdeka, ia menuturkan bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan penyederhanaan Indikator Kinerja Utama (IKU) menjadi 8 sebagai indikator kesuksesan program tersebut.

“Kita harus mengetahui bagaimana caranya mengukur kesuksesan. Kita di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan suatu penyederhanaan IKU, kita ringkas dan sederhanakan hanya 8 yang menurut kami jika IKU meningkat, akan membuat trigger perubahan transformasional di perguruan tinggi kita untuk mencapai profil pelajar pancasila,” ujarnya.

BACA JUGA:

Lulusan Dapat Pekerjaan Layak

Yang pertama adalah lulusan yang mendapatkan pekerjaan yang layak dari segi penghasilan.

“Minimum, janji kita kepada mahasiswa yang masuk perguruan tingi ialah Anda akan dapat kesempatan ekonomi yang baik setelah menghabiskan 4 tahun dengan waktu dan uang,” jelasnya.

Pengalaman di Luar Kampus

Program Kampus Merdeka bertujuan untuk melatih calon lulusan di dunia profesional sebelum benar-benar terjun.

“Kita akan mengukur berapa mahasiswa yang mendapatlan pengalaman di luar kampus. untuk mempersiapkan knowledge economy berenang di lautan terbuka, tapi latihannya di kolam renang aja. Jadi, pada saat dia keluar bukan hanya dilatih di kolam renang, tapi juga mencicipi laut,” tuturnya.

Pengalaman Dosen di Luar Akademi

“Ketiga, mengukur berapa dosen yang berkegiatan di luar kampus, mungkin projek riset, industri. Kita akan mengukur seberapa besar pengalaman dosen di luar dunia akademi,” tuturnya.

Kolaborasi dengan Praktisi

Ia mengungkapkan bahwa jika Indonesia ingin meningkatkan relevansi dari apa yang dipelajari, hendaknya kampus membimbing mahasiswanya untuk berkolaborasi dengan praktisi yang sedang bekerja, seperti menjadi dosen tamu.

Riset Terapan

“Kita juga mengukur penelitian terapan, apakah riset yang digunakan pasar, apakah dipublikasi di jurnal-jurnal internasional,” ucapnya saat acara yang digelar virtual tersebut.

Kerja Sama Prodi dengan Internasional

Kerja sama prodi masuk ke dalam indikator kinerja utama. Untuk menciptakan efektivitas program kampus merdeka, maka prodi harus bisa bekerja sama dengan dengan mitra kelas dunia, baik itu multilateral organisasi atau kampus internasional.

Jumlah Mata Kuliah Berbasis Proyek

Kemendikbud ingin lingkungan prodi membentuk mata kuliah berbasis proyek dan banyak studi kasus. Hal tersebut untuk membuat simulasi dan membuat proses pembelajaran menjadi lebih kreatif.

“Beerapa jumlah mata kuliah yang evaluasi akhirnya itu berbasis proyek atau berbasis partisipasi seperti case method. Karena dari situ kolaborasi akan terlatih, dari situlah simulasi dunia nyata akan terlatih, dari situlah kemampuan berkreasi dan bertanggung jawab terhadap ciptaannya akan terlatih. Jadi masuk ke proses pembelajaran,” jelasnya.

Akreditasi Global Program Studi

Program studi memiliki akreditasi berstandar internasional. Ia berterus terang bahwa persaingan talenta lokal dengan talenta lokal merupakan dampak dari teknologi yang tidak bisa dihindari.

“Terus terang, semua lulusan universitas kita akan berkompetisi dengan talenta global. Mau tidak mau akan bersaing, jadi kita harus mengikuti standarnya,” ujarnya.

8 IKU tersebut adalah perubahan. Jika tercapai, maka Kemendikbud akan mendorong calon-calon lulusan terhadap dunia yang penuh perubahan.

“Kita ingin seluruh sektor-sektor non akademi ini melakukan pernikahan massal yang masif dengan sistem pendidikan kita. Karena hanya melalui kolaborasi, kemitraan, dan interaksi kita akan menghasilkan SDM yang unggul dan berkarya dengan sukses di masa depan,” tegasnya.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*