JAKARTA, KalderaNews.com – Kawasan Teluk Saleh, Pulau Moyo, dan Gunung Tambora (SAMOTA) resmi menjadi Cagar Biosfer di dunia oleh UNESCO pada 19 Juni tahun lalu di Perancis. Adanya kabar bahagia ini membuat peneliti perguruan tinggi tertarik untuk mengembangkan riset tentang pembangunan berkelanjutan di sekitar SAMOTA.
Salah satu perguruan tinggi tersebut ialah Universitas Nasional. Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Nasional (Unas), Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S., Apt. mengatakan bahwa SAMOTA merupakan kawasan yang memiliki potensi pengembangan kekayaan alam dan keanekaragaman hayati jangka panjang bagi Indonesia.
Menurutnya, peneliti, akademisi, dan pemerintah setempat harus berkolaborasi untuk menciptakan kawasan wisata yang alami dan tetap menjaga ekosistem wilayah SAMOTA.
BACA JUGA:
- Indonesia Menambah Dua Cagar Biosfer Baru
- Tugas Pokok Dosen Bukan Hanya Mengajar, Tapi Juga Publikasi Ilmiah
- Masa Depan Riset dan Kemajuan Teknologi Indonesia
“Ini merupakan tugas kita semua, peneliti dan juga akademisi, berkolaborasi dengan pemerintahan setempat di SAMOTA untuk melakukan manajemen, serta pembangunan berkelanjutan cagar biosfer di dunia. Kira-kira kebijakan dan rekomendasi apa yang bisa diterapkan untuk menjaga ekosistem wilayah SAMOTA,” ucapnya melalui webinar Universitas Nasional.
Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Prof. Dr. Arief Rachman, M.Pd turut menyetujui ungkapan wakil rektor. Ia mengatakan bahwa pengembangan cagar biosfer bertujuan untuk mencegah hilangnya keanekaragaman hayati. Tentunya pengembangan harus melibatkan ilmu pengetahuan dan pemangku kepentingan untuk pengelolaan berkelanjutan.
“Hal serupa yang dapat dilakukan seperti pengembangan komunitas konservasi keanekaragaman hayati dan dukungan logistik, tindakan kolaboratif dari pemangku kepentingan akan pentingnya kesadaran terhadap lingkungan, serta memasukkan konsep cagar biosfer ke dalam kebijakan dan rencana strategis nasional dan daerah,” ucap Prof. Dr Arief Rachman.
Dilansir melalui situs resmi Unas, webinar turut mengundang Senior Programme Specialist for Water and Environmental Sciences UNESCO, Hans Thulstrup. Ia menyambut baik rencana kolaborasi tersebut guna meningkatkan mata pencaharian warga di sekitar SAMOTA. Pembangunan tentunya harus melindungi alam yang didukung penelitian dan pendidikan.
Rencana pengembangan berkelanjutan pun disambut baik oleh Kepala Bappeda Provinsi NTB yang diwakilkan oleh Lalu Adi. Ia menuturkan bahwa NTB siap untuk menggalakkan program-program yang berhubungan dengan implementasi konsep cagar biosfer. Ia berharap dukungan dari berbagai pihak untuk pengembangan wilayah yang maksimal.
“Dengan ditetapkannnya SAMOTA sebagai cagar biosfer dunia, pemerintah NTB pun bersikeras untuk terus merawat, mengelola, menjaga, serta mengembangkan wilayah SAMOTA. Tak hanya itu, pengembangan wilayah ini juga dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak agar dapat berlajalan secara maksimal,” tanddasnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply