JAKARTA, KalderaNews.com – Satu tantangan terbesar pada 92 tahun silam, ketika Sumpah Pemuda dikumandangkan adalah kemerdekaan Indonesia. Dan, para pemuda dari beragam latar belakang muncul sebagai pemecah tantangan itu, dengan melahirkan rumusan Sumpah Pemuda.
BACA JUGA:
- Ekonom dan Rektor Unika Atma Jaya Akhirnya Angkat Suara Terkait Polemik UU Cipta Kerja
- Beasiswa Bank Indonesia untuk Mahasiswa Unika Atma Jaya
- Wakil Rektor Unika Atma Jaya: Sains Harus Disebar Lebih Menyenangkan
“Ketika memperingati Sumpah Pemuda, yang tergambar dalam diri saya adalah rasa syukur yang mendalam,” ujar Romo Antonius Haryanto, Sekretaris Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (Komkep KWI) saat menjadi pembicara dalam webinar “Ngobras Bareng Tokoh: Sumpah Pemuda dan Semut Merah”, yang digelar Rabu, 28 Oktober 2020. Acara ini digelar Alumni Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta.
Romo Hari, sapaannya, mengatakan, ada tiga alasan untuk mensyukuri peristiwa Sumpah Pemuda. Pertama, bahwa sejak 92 tahun lalu, pemuda muncul sebagai pemecah masalah. Pemuda melahirkan rumusan Sumpah Pemuda yang menjadi jembatan menuju kemerdekaan Indonesia. “Salah satunya dengan bahasa yang satu, Indonesia dipersatukan untuk mencapai kemerdekaan,” katanya.
Leave a Reply