JAKARTA, KalderaNews.com – Dr. Indah Tjahjawulan, S.Sn., M.Sn terpilih menjadi Rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ) 2020-2024 dalam Rapat Tertutup Senat IKJ di Auditorium Gedung Rektorat IKJ, Cikini-Jakarta Selasa, 20 Oktober lalu.
Saat memaparkan visi dan misinya ia menyebutkan visinya yaitu pada kurun waktu 4 tahun, dimulai tahun 2020, IKJ menjadi perguruan tinggi seni yang bermutu dan kompetitif di tingkat nasional.
Sementara itu, misinya diantaranya melaksanakan tata kelola perguruan tinggi yang memiliki integritas, profesional, transparan, akuntabel dan responsif pada perkembangan teknologi.
BACA JUGA:
- Rektor Universitas Paramadina: Sains Sering Disugesti Sebagai Hal Rumit
- Ekonom dan Rektor Unika Atma Jaya Akhirnya Angkat Suara Terkait Polemik UU Cipta Kerja
- Rektor UAI Menilai UU Cipta Kerja Masih Kurang Sosialiasi
Selain itu, ia juga ingin menyelenggarakan pendidikan yang dapat meningkatkan kompetensi tidak hanya pada ketrampilan seni, namun juga kepemimpinan, penguasaan bahasa internasional, penguasaan IT dan mampu menulis.
Ia juga ingin membangun jejaring kerjasama dengan pemangku kepentingan seni budaya baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga pendidikan dan korporasi maupun komunitas seni budaya di dalam dan luar negeri.
Ada pula misi melaksanakan dan mengembangkan kemampuan inovasi bukan hanya fokus pada penciptaan, namun juga peningkatan kemampuan meneliti dan bekerja lintas disiplin keilmuan.
Dengan 4 visi tersebut ia memiliki tujuan menjadi perguruan tinggi seni yang memiliki tata kelola yang bermutu dengan dukungan sistem teknologi informasi yang terintegrasi, menjadi perguruan tinggi seni yang menghasilkan lulusan yang terampil, kreatif, adaptif dan kompetitif, menjadi pusat aktivitas seni urban dan industri budaya yang terdepan dan berdaya saing dan menjadi pusat keunggulan bidang seni yang berdampak kepada kehidupan ekonomi, industri kreatif dan keadaban sosial bagi masyarakat.
Akhirnya ia pun menyebutkan program prioritasnya yakni peningkatan reputasi melalui re-akreditasi perguruan tinggi dan prodi mengharuskan perbaikan sistem manajemen pendidikan secara menyeluruh.
IKJ Memang Keropos
Saat pelantikannya oleh Ketua Yayasan Seni Budaya Jakarta, Slamet Rahardjo Djarot pada Jumat, 23 Oktober 2020, ia mengatakan bahwa tak apa IKJ dikatakan keropos, sebagaimana diungkapkan Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) wilayah III, Agus Setyo Budi dalam sambutannya.
Ia optimis dengan kemajuan IKJ dan akan memulai pekerjaan utamanya dengan menyiapkan tim SDM yang solid untuk membantu para dosen yang juga seniman itu dalam menghimpun dan merapikan segala urusan terkait administrasi dan pelaporan.
Memang banyak seniman itu malas berhubungan sama urusan administrasi, tapi saya optimistis semua ingin maju. Saya tidak khawatir, meski tadi disebut ‘keropos’,” kata Indah.
Sebelumnya, Agus Setyo Budi menyebutkan ada sekitar 40 persen dosen di IKJ yang masih berstatus tenaga pengajar. Meskipun tidak salah, namun hal ini akan mengganggu dalam proses pengajuan akreditasi IKJ.
“Yang boleh mengajar (dihitung dalam akreditasi) itu minimal lektor, baru bisa dilepas, asisten ahli saja harus tandem, itu menurut Undang-undang. Meski secara keilmuan tidak ada yang meragukan kompetensi dosen-dosen yang mengajar di IKJ,” kata Agus.
Sosok Dr. Indah Tjahjawulan, S.Sn., M.Sn
Dikutip dari situs resmi IKJ dituliskan, Indah, sapaan akrabnya sudah mengabdi di IKJ selama lebih dari seperempat abad sebagai anggota staf pengajar di Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa IKJ.
Pada tahun 2000-2003, ia sempat menjadi kepala Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa IKJ, sambil mengurus kantor desain sendiri, Studio Gunagana Communication tahun 1995-2007.
Tahun 2013-2016, ia kembali menjadi kepala Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa IKJ, sekaligus menjabat sebagai Sekretaris Senat Akademik Institut Kesenian Jakarta. Kemudian ia dipercaya menjadi Dekan Fakultas Seni Rupa IKJ untuk periode 2016-2020.
Selain berkarya di bidang desain grafis, sejak tahun 1995, ia juga terlibat dalam penataan pameran nasional maupun internasional. Sebagian di antaranya adalah, Floriade 2002 di Harlemmermeir-Amsterdam, “Indonesian Solo Exhibition” di Tripoli-Libya 2003, “Indonesian Solo Exhibition” di Sarjah-Dubai UAE 2003, 2004, dan 2005, World Expo 2005 di Aichi-Nagoya, Japan, dan World Expo 2012 di Yoesu, Korea Selatan, dan pameran “Spirit of Melanesian” – Melanesian Cultural Festival: Celebrating The Cultural Diversity of Melanesian World 2015 di NTT.
Aktif dalam organisasi profesi, ia pernah menjabat sebagai Direktur Finance ADGI (Asosiasi Desainer Grafis Indonesia) untuk periode 2008-2010. Saat ini selain menjadi anggota kehormatan ADGI, anggota ADI (Asosiasi Dosen Indonesia) dan anggota Perkumpulan ADRI (Ahli dan Dosen Republik Indonesia, ia juga mendapatkan kepercayaan dari Kemenristekdikti sebagai anggota Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Indonesia dan Evaluator Usulan Program Studi Perguruan Tinggi Indonesia.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply