4 Film Dokumenter Tentang Isu Kemanusiaan, Bikin Penonton Cepat Ngerti

Poster Film Dokumenter Into The Fire (KalderaNews/Dok.Nobel)
Poster Film Dokumenter Into The Fire (KalderaNews/Dok.Nobel)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Isu kemanusiaan masih menjadi topik hangat untuk dibicarakan. Slogan “make a better place” sepertinya masih relevan saat masih banyak kasus kelaparan, air bersih, terorisme, dan pengungsi telantar di seluruh dunia.

Jika kamu ingin mendalami isu kemanusiaan, 4 dokumenter ini menjadi rekomendasi untuk memahami permasalahan.

An Unfinished Symphony

Film Dokumenter ini bercerita tentang tim ilmuwan dan penjelajah internasional dalam misi luar biasa di Mozambik untuk mencapai hutan yang belum pernah diinjakkan oleh manusia.

BACA JUGA:

Tim tersebut bertujuan untuk mengumpulkan data dari hutan untuk membantu pemahaman manusia tentang perubahan iklim memengaruhi kehidupan di bumi. Tetapi, hutan itu berada di atas gunung dan untuk mencapainya, tim harus memanjat dinding batu setinggi 100 m terlebih dahulu.

Karya ilmuwan tersebut didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim, penerima Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2007.

Into The Fire

Di daerah Irak yang dihancurkan oleh ISIS, Hana Khider memimpin tim penghancur ranjau Yazidi yang semuanya perempuan dalam upaya mereka untuk membersihkan tanah dari ranjau. Pekerjaan mereka melibatkan dengan susah payah mencari jebakan di gedung dan ladang yang dibom, di mana satu gerakan yang salah berarti kematian.

Meski kehancuran akibat ISIS masih terlihat dan masyarakat setempat menderita, mereka berusaha melupakan masa lalu dan tetap berusaha punya harapan akan masa depan yang lebih baik.

Hana bekerja untuk Mines Advisory Group, sebuah organisasi yang merupakan bagian dari Kampanye Internasional untuk Melarang Ranjau Darat, sebuah koalisi yang dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1997.

Lost and Found

Dokumenter ini bercerita tentang Kamal Hussein yang mengurus kekacauan kamp pengungsi terbesar di dunia. Dari gubuk kecilnya yang bobrok, dan hanya modal dengan mikrofon sebagai senjata, dia berusaha untuk menyatukan kembali kehidupan ribuan keluarga Rohingya yang hancur oleh kekerasan dan pembersihan etnis di Myanmar.

Namun, dalam menemukan anggota keluarga yang hilang dan menyatukan mereka kembali, dia tidak hanya membantu mereka. Dia juga menemukan kedamaian untuk dirinya sendiri.

Karya Kamal didanai oleh Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi, penerima Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1954 dan 1981.

Still Human

Pada tahun 1998, Makur Diet di Sudan Selatan yang rusak akibat perang kehilangan kakinya karena peluru. Putus asa akan masa depannya, Makur hampir bunuh diri, sampai dia diberi kaki palsu. Makur menyadari bahwa dia sekarang memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baik di dunia dan memutuskan untuk mengabdikan hidupnya untuk membantu orang yang diamputasi.

Di pusat Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di Sudan Selatan, Makur membuat kaki palsu dan memberi harapan kepada orang lain yang kehilangan anggota tubuh. Dia membantu membangun kembali negaranya, dengan satu kaki pada satu waktu.

Makur bekerja di Komite Internasional Palang Merah di Sudan Selatan. ICRC telah menerima Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1917, 1944 dan 1963

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*