GROBOGAN, KalderaNews.com – Pertama kali dalam sejarah, Api Abadi Mrapen padam. Lokasi Api Abadi Mrapen berada di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Disebut “Api Abadi” lantaran lokasi yang kini menjadi destinasi wisata ini memiliki sumber api yang tak pernah padam. Api biru yang melegenda itu kerap dijadikan sumber nyala api obor beberapa agenda nasional dan internasional. Mulai dari pesta olahraga internasional Ganefo pada 1 November 1963, dengan jumlah peserta 2.700 atlet dari 51 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin, hingga Pekan Olahraga Nasional (PON) XVI 23 Agustus 1996.
Selain itu, Api Abadi Mrapen juga sering digunakan untuk menyulut api even olahraga internasional, seperti Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang atau Games of the New Emerging Forces (Ganefo) pertama tahun 1962 dan Pekan Olahraga Nasional (PON).
Terakhir, api obor Asian Games 2018, juga bersumber dari Api Abadi Mrapen.
BACA JUGA:
- Tsunami 20 Meter Bukan untuk Menakuti-nakuti Masyarakat Sehingga Panik, Tapi untuk Memperkuat Mitigasi
- Jika Terjadi Gempa Bumi dan Tsunami Saat Covid-19, Ini yang Harus Dilakukan
- Selain Tsunami 20 Meter di Selatan Jawa, Inilah Daerah-daerah dengan Potensi Tsunami Besar
Saban tahun, sumber Api Abadi Mrapen juga digunakan untuk menyalakan obor upacara Hari Raya Waisak bagi umat Buddha.
Konon, dari cerita yang berkembang secara lisan di masyarakat, keberadaan Api Abadi Mrapen berkait erat dengan sejarah masa akhir Kerajaan Majapahit yang ditaklukkan Kesultanan Demak Bintoro pada medio 1500-1518.
Cerita lisan itu juga mengisahkan bahwa Api Abadi Mrapen muncul setelah Sunan Kalijaga mencari sumber air untuk prajuritnya dengan menancapkan tongkat ke tanah. Namun, lubang dari bekas tancapan tongkat itu menyemburkan api. Dari situlah muncul sumber Api Abadi Mrapen. Nyala api di situs tersebut pun tak pernah padam meski saat musim hujan.
Api Abadi Mrapen Tiba-tiba Padam
Api Abadi Mrapen bersumber dari gas bumi. Biasanya api biru akan tetap menyala setinggi 25 sentimeter. Tetapi, sejak 25 September lalu, api sudah tidak terlihat lagi.
Petugas lantas berupaya membongkar tungku sumber api. Bau gas dan suara gemuruh dari dalam tanah masih terdengar. Namun ketika disulut menggunakan korek, api tak kunjung menyala.
Sebenarnya, kobaran Api Abadi Mrapen terpantau mulai tak stabil ketika ada pengeboran sumur yang lokasinya berjarak sekira 150 meter pada 12 September. Kala itu pengeboran sedalam 30 meter untuk mencari sumber air, tapi justru menyemburkan air bercampur gas yang akhirnya harus dihentikan.
Berdasarkan data pengelola, api yang menyala karena pasokan gas rawa yang keluar secara alami dari perut bumi itu belum pernah sekalipun padam. Hanya pada 1996, kobaran api sempat mengecil. Saat itu, kobaran api bisa terselamatkan dengan ditemukan sumber gas baru dengan kandungan yang lebih melimpah yang berjarak sekitar 75 sentimeter dari sumber gas lama. Sumber gas baru itu lantas dialirkan ke sumber gas lama menggunakan pipa, sehingga nyala api kembali.
Kini, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jateng masih berupaya mengkaji penyebab terhentinya suplai gas di sumber api tersebut. Mereka juga menggandeng para ahli geologi dari Universitas Diponegoro dan Universitas Gadjah Mada.
Berdasarkan hasil penelitian sementara, penyebab padamnya api diduga karena berkurangnya pasokan gas metana (CH4) yang merupakan bahan bakar api tersebut.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply