BANYUMAS, KalderaNews.com – Sungai Serayu mendayu pelan-pelan. Angin semilir menyejukkan hari, mengiringi lalu lalang orang yang beraktivitas di tepian Sungai Serayu, di Banyumas, Jawa Tengah.
Sementara di sebuah bangunan, tepatnya di Jalan Mruyung, Banyumas terhampar kain-kain batik yang sedang dijemur. Ketika memasuki rumah itu, sebuah “showroom” batik menyapa pengunjung. Deretan batik dengan motif Banyumasan menyergap mata. Para pelayan pun segera menghampiri menjajakan dagangan batik.
BACA JUGA:
- 10 Ucapan Hari Batik Nasional Inspiratif Buat Milenial
- Inilah 10 Ragam dan Motif Batik Nusantara Terpopuler dengan Ciri Khas dan Filosofinya
- Sstt… Ternyata Begini Sejarah Hari Batik Nasional, 2 Oktober
Masih dalam satu atap, aktivitas lain sedang berlangsung. Beberapa perempuan sedang memberikan motif pada kain-kain putih. Sementara yang lain, beberapa sudah nampak tua, melukis kain-kain dengan pena batiknya. Para pelukis batik, yang didominasi kaum hawa ini memang rata-rata sudah berusia lanjut. “Angel banget ngajari bocah enom kon mbatik (Susah sekali mengajari orang muda membatik),” ujar Sarminah dengan logat Banyumasan yang amat kental.
Sementara di sisi yang lain, beberapa kaum adam sedang mencap kain-kain putih dengan motif batik Banyumasan. Mereka mencelupkan plat-plat bermotif batik ke dalam malam yang masih panas, lalu menempelkan ke lembaran kain putih. Motif-motif batik pun tercetak jelas. Sekali-sekali, sembari berkarya, mereka melontarkan canda tawa khas Banyumasan.
“Siki sih mandan lumayan sing tuku batik. Gembiyen lah babar pisan ora ana sing gelem nggo batik (Sekarang sih sudah lumayan yang membeli batik. Dulu, jarang ada orang yang mau memakai batik),” ucap Mukidin yang telah berusia 63 tahun.
Ya, Banyumas pun menyimpan kekayaan batik. Batik Banyumas memang tak semoncer Batik Pekalongan atau Batik Solo. Padahal, pada medio 1970-an Batik Banyumas sempat populer. Tetapi lambat laun, keberadaan Batik Banyumas semakin tergeser. Meski tren batik sedang naik daun, tapi Batik Banyumas tetap tak mudah menembus kecenderungan itu. Ia kalah pamor dengan batik Pekalongan,Solo, dan Yogyakarta.
Batik Banyumas di buat dengan tangan (tulis), cap, serta ada juga yang di sablon. Batik Banyumas memiliki ciri yang membedakan batik dari daerah lain. Warna asli Batik Banyumasan adalah cokelat dan hitam dengan pelataran warna kuning tua.
Batik Banyumas dibedakan dari cara pembuatannya, yaitu batik cap dan batik tulis. Batik cap bisa diselesaikan dalam waktu tiga hari, tapi batik tulis bisa memakan waktu tiga sampai enam bulan. Ini berpengaruh kepada harga jual. Batik cap berkisar puluhan ribu sampai ratusan ribu rupiah, sedangkan batik tulis harganya dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Batik Banyumas identik dengan motif Jonasan, yaitu kelompok motif non geometrik yang didominasi dengan warna-warna dasar kecoklatan dan hitam. Motif-motif yang berkembang saat ini, antara lain Sekarsurya, Sidoluhung, Lumbon (Lumbu), Jahe Puger, Cempaka Mulya, Kawung Jenggot, Madu Bronto, Satria Busana, dan Pring Sedapur.
Batik Banyumas juga tak lepas dari pengaruh budaya, seperti Yogyakarta dan Surakarta, maupun Pekalongan. Asal mula Batik Banyumas memang belum dapat dilacak. Namun dari informasi para sesepuh dan pegiat Batik Banyumas, disebutkan Batik Banyumas muncul lantaran pengaruh berdirinya kademangan-kademangan di daerah Banyumas dan para pengikut Pangeran Diponegoro yang mengungsi ke daerah Banyumas.
Lokasi sentra industri batik Banyumas terbanyak di Kecamatan Banyumas (Desa Pekunden, Pasinggangan, Sudagaran, Papringan) dan Kecamatan Sokaraja (Desa Sokaraja Lor, Sokaraja Kidul, Sokaraja Tengah, Sokaraja Kulon, Karang Duren).
Meskipun masih kalah pamor dengan ragam batik dari daerah lain, Batik Banyumas tetap dan masih hidup beriringan dengan aliran Sungai Serayu. Sungai yang dalam sejarah selalu memberikan penghidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Pun Batik Banyumas yang akan terus memberi penghidupan bagi para pembuatnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply