Inilah Marga-marga Tionghoa di Indonesia dan Nama-nama Tionghoa yang Di-Indonesia-kan

Tahun Baru China (Imlek)
Gadis keturunan Tionghoa (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Marga suku Tionghoa hingga kini sebenarnya masih eksis di Indonesia, kendati dari nama Tionghoanya telah berganti nama Indonesia karena kebijakan pemerintah di masa lalu.

Marga dan nama Tionghoa (China) masih dipertahankan dan digunakan di acara-acara tidak resmi atau yang bersifat kekeluargaan. Namun seiring dengan arus reformasi yang telah bergulir sejak era Gur Dur penggunaan nama marga Tionghoa di Indonesia sudah semakin terbuka.

Data di PSMTI (Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia) mencatat ada sekitar 160 marga Tionghoa di Jakarta dan kalau secara keseluruhan di Indonesia dikalkulasi maka terdapat sekitar 300-an marga Tionghoa yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia dengan konsentrasi terbanyak di Jawa.

BACA JUGA:

Diketahui, PSMTI merupakan organisasi etnik Tionghoa berskala nasional yang pertama dibentuk pascareformasi. PSMTI ini termasuk organisasi Tionghoa terbesar di Indonesia yang telah mengakar kuat di 167 kabupaten/kota di 28 provinsi seluruh Indonesia, salah satunya yang terkuat di Jawa Tengah.

Penelitian Suharyo: Dipaksa Ubah Nama

Nama-nama orang Indonesia seperti Liliana Hartanto, Budi Permono, Yuliana Wijaya, dan Ferry Tanujaya ternyata berasal dari keturunan Tionghoa.

Banyak orang mungkin mengira bahwa nama-nama tersebut adalah nama asli Indonesia, tetapi pada kenyataannya, keempat nama tersebut memiliki akar dalam tradisi Tionghoa. Mengapa hal ini terjadi?

Menurut Suharyo, sebagaimana diselidiki dalam penelitian Pola Nama Masyarakat Keturunan Tionghoa (2013) dari Universitas Diponegoro, sejak tahun 1966, masyarakat Tionghoa di Indonesia dipaksa untuk mengubah nama mereka menjadi nama-nama Indonesia. Hal ini dilakukan dengan alasan yang terkait dengan isu-isu rasial.

Keputusan ini didukung oleh Keputusan Presiden No. 240 Tahun 1967 tentang “Kebijaksanaan Jang Menjangkut Warga Negara Indonesia Keturunan Asing,” yang menyarankan warga Tionghoa untuk mengadopsi nama-nama Indonesia.

Perubahan nama ini juga terjadi selama masa Orde Baru, ketika tidak mengubah nama bisa mengakibatkan asumsi bahwa seseorang memiliki kaitan dengan PKI atau komunis yang berkolaborasi dengan Partai Komunis Cina.

Sebagai akibatnya, nama-nama Tionghoa harus diubah menjadi nama-nama Indonesia sebagai tanda nasionalisme dan kesetiaan kepada negara.

Marga Tionghoa di Indonesia

Catatan historis menemukan kalau mayoritas keturunan Tionghoa Indonesia itu memang berasal dari Provinsi Fujian (Provinsi Hokkian). Sebagaimana diudar oleh Sejarawan Didi Kwartanada, kedatangan warga Tionghoa ke Indonesia di masa lalu yang saat itu masih bernama Nusantara pada dasarnya terjadi pada awal abad ke-5 Masehi. Secara khusus pada tahun 414, warga Tionghoa yang melakukan perjalanan ke India terdampar di Jawa. Mereka terdampar seiring dengan hubungan perdagangan Nusantara dan sejak saat itu mereka pun menetap di bumi Nusantara.

Lampion Tahun Baru Imlek (China)
Lampion Tahun Baru Imlek (China) (KalderaNews/JS de Britto)

Lantas marga Tionghoa apa saja yang saat ini ada di Indonesia sebagai dampak dari sejarah masa lalu tersebut? Berikut ini 10 marga yang lazim di kalangan Tionghoa di Indonesia dalam penelusuran KalderaNews dari berbagai sumber terpercaya. Di luar 10 marga ini, tentu masih banyak lagi marga-marga lain yang ditemui:

• Cia/Tjia (Hanzi: 謝, hanyu pinyin: Xie)
• Gouw/Goh (Hanzi: 吳, hanyu pinyin: Wu)
• Kang/Kong (Hanzi: 江, hanyu pinyin: Jiang)
• Lauw/Lau (Hanzi: 劉, hanyu pinyin: Liu)
• Lee/Lie (Hanzi: 李, hanyu pinyin: Li)
• Oey/Ng/Oei (Hanzi: 黃, hanyu pinyin: Huang)
• Ong (Hanzi: 王, hanyu pinyin: Wang)
• Tan (Hanzi: 陳, hanyu pinyin: Chen)
• Tio/Thio/Theo/Teo (Hanzi: 張, hanyu pinyin: Zhang)
• Lim (Hanzi: 林, hanyu pinyin: Lin)

Nama-nama Tionghoa yang Di-Indonesia-kan

Pada masa Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, warga negara Indonesia keturunan Tionghoa dianjurkan untuk mengindonesiakan nama Tionghoa mereka. Salah satu penyebab orang Tionghoa meninggalkan nama aslinya adalah khawatir dengan isu SARA. Orang Indonesia (pribumi) sebenarnya tak menolak kehadiran Tionghoa di Indonesia, tapi pada dasarnya menuntut mereka bisa berbaur dengan baik.

Selanjutnya, kendati nama-nama Tionghoa di-Indonesiakan, toh di dalam acara berbasis keluarga nama Tionghoa masih sering digunakan. Sementara itu, untuk keperluan surat-menyurat resmi memang dan secara sadar memilih untuk menggunakan nama Indonesia. Lagi-lagi, ini terkait dengan kekhawatiran isu SARA.

Namun pada dasarnya kebijakan ganti nama ini memang merupakan satu kontroversi, karena tidak ada kaitan antara pembangunan karakter dan nasionalisme bangsa dengan nama seseorang, juga karena tidak ada sebuah nama yang merupakan nama Indonesia asli karena yang namanya Indonesia yang plural dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Pulau Rote.

Dekorasi Tahun Baru Imlek 2020 di Kawasan SCBD Jakarta
Dekorasi Tahun Baru Imlek 2020 di Kawasan SCBD Jakarta (KalderaNews/JS de Britto)

Penasaran dengan nama-nama Tionghoa yang di-Indonesiakan? Berikut ini daftar lengkap nama Tionghoa di Indonesia yang acapkali kita dengar dan di antaranya telah di-Indonesiakan. Nama-nama yang telah di-Indonesia-kan ini pun sebenarnya sudah sering didengar dalam hidup dan pergaulan sehari-hari:

  1. 欧阳/歐陽 (Oūyáng) yang dibaca O Yang dan dieja latin Hokian menjadi Auwjong lalu diIndonesiakan menjadi Ojong dan Dikra
  2. 安 (Ān) yang dibaca An dan di Indonesiakan menjadi Anadra, Andy, Anita, Ananta
  3. 白, 柏 (Bái) yang dibaca Pai dan di Indonesia menjadi Pekasa, Pekerti, Peris
  4. 薄 (Bó) yang dibaca Po (Tidak ada pengindonesiaan nama)
  5. 蔡 (Cài) yang dibaca Jae dan dieja latin Hokian menjadi Tjoa lalu di Indonesia menjadi Cahyo, Cahyadi, Tjohara
  6. 曹 (Cao) yang dibaca Cao dan dieja latin Hokian menjadi Tjo alu di Indonesia menjadi Cokro, Vonco
  7. 程, 成 (Chéng) yang dibaca Jheng dan dieja latin Hokian menjadi Seng lalu di Indonesia menjadi Sengani
  8. 叢/丛 (Cóng) yang dibaca Jhong (Tidak ada pengindonesiaan nama)
  9. 陈 (Chen) yang dibaca Jen dieja Tan, Tjhin lalu di Indonesia menjadi Tanto, Tanoto, Tanu, Tanutama, Tanusaputra, Tanudisastro, Tandiono, Tanuwijaya, Tanzil/Tansil, Tanasal, Tanadi, Tanusudibyo, Tanamal, Tandy, Tantra, Intan, Yonatan, Tanizal, Tantomo
  10. 鄧/邓 (Deng) yang dibaca Teng dan di Indonesia menjadi Tenggara, Tengger, Ateng
  11. 徐 (Xú) yang dibaca Hsü dieja Djie, Tjhie, Chi (Hakka), Chee, Swee, Shui (Teochew, Hokkien), Tsui (Cantonese), Từ (Vietnamese), Seo (서)(Korean), Jo (Japanese) lalu di Indonesia menjadi Dharmadjie, Christiadjie
  12. 胡 (Hú) yang dibaca Hu, Hoo, Ô· dieja Aw, Auw (Teochew, Hokkien), Wu (Cantonese), Hồ (Vietnamese), Ho (호)(Korean), Ko (Japanese)
  13. 郭 (Guo) yang dibaca Kuo dieja Kwee, Kwik lalu di Indonesia menjadi Kartawiharja, Kusuma/Kusumo, Kumala
  14. 韩 (Han) yang dibaca Han dieja Han lalu di Indonesia menjadi Handjojo, Handaya, Handoyo, Handojo, Hantoro
  15. 洪 (Hong) yang dibaca Hung dieja Ang lalu di Indonesia menjadi Anggawarsito, Anggakusuma, Angela, Angkiat, Anggoro, Anggodo, Angkasa, Angsana
  16. 黄 (Huang) yang dibaca Huang dieja Oei, Oey lalu di Indonesia menjadi Wibowo, Wijaya, Winata, Widagdo, Winoto, Willys, Wirya, Wiraatmadja , Winarto, Witoelar, Widodo, Wiwoho, Wijanarko
  17. 江 (Jiang) yang dibaca Ciang dieja Kang/Kong lalu di Indonesia menjadi Kangean
  18. 李 (Li) yang dibaca Lhi dieja Li, Lie, Lee lalu di Indonesia menjadi Lijanto, Liman, Liedarto, Lievai, Lienata
  19. 梁 (Liang) yang dibaca Lhiang dieja Nio lalu di Indonesia menjadi Liangani, Liando/Liandow/Liandouw
  20. 林 (Lin) yang dibaca Lhin dieja Liem, Lim lalu di Indonesia menjadi Halim, Salim, Limanto, Limantoro, Limianto, Limijanto, Liemena, Alim, Limawan, Liemantika, Liman, Mulialim
  21. 劉/刘 (Liu) yang dibaca Lhiu dieja Lau, Lauw lalu di Indonesia menjadi Mulawarman, Lawang, Lauwita, Lawanto, Lauwis
  22. 陆 (Lu) yang dibaca Lhû dieja Liok, Liuk lalu di Indonesia menjadi Loekito, Loekman, Loekali
  23. 吕 (Lü) yang dibaca Liw dieja Loe, Lu lalu di Indonesia menjadi Loekito/Lukito/Lukita, Luna, Lukas, Loeksono
  24. 羅 / 罗 (Luo) yang dibaca Loo dieja Ro, Loe, Lou, Loo, Luo lalu di Indonesia menjadi Lolang, Louris, Robert, Rowi, Robin, Rosiana, Rowanto, Rohani, Rohana, Samalo, Susilo
  25. 秦 (Qín) yang dibaca Qin (Tidak ada pengindonesiaan nama)
  26. 全 (Quán) yang dibaca Jhiwyen lalu di Indonesia menjadi Kuanna
  27. 施 (Shi) yang dibaca Shi dieja Sie lalu di Indonesia menjadi Sidjaja, Sidharta, Sieputra
  28. 司徒 (Situ) yang dibaca Sê Dhu dieja Sieto, Szeto, Seto, Siehu, Suhu lalu di Indonesia menjadi Lutansieto, Suhuyanli/Suhuyanly
  29. 苏 (Su) yang dibaca Su dieja Souw, So, Soe lalu di Indonesia menjadi Soekotjo, Soehadi, Sosro, Solihin, Sudarto, Soeganda, Suker, Suryo/Surya/Soerjo
  30. 王 (Wang) yang dibaca Whang dieja Ong, Wong lalu di Indonesia menjadi Ongko, Wangsadinata, Wangsa, Waskito, Radja, Wongsojoyo, Ongkowijaya
  31. 温 (Wen) yang dibaca Whên dieja Oen, Boen, Woen lalu di Indonesia menjadi Benjamin, Bunjamin, Budiman, Gunawan, Basiroen, Bunda, Wendi, Unang, Wiguna, Boennawan
  32. 吳/吴, 武, 伍, 仵, 烏, 鄔 (Wu) yang dibaca Whu dieja Go, Gouw, Goh, Ng lalu di Indonesia menjadi Gono, Gondo, Sugondo, Gozali, Gossidhy, Gunawan, Govino, Gotama, Utama, Widargo, Wurianto, Sumargo, Prayogo, Yoga
  33. 许 (Xu) yang dibaca Xiw dieja Kho, Khouw, Khoe lalu di Indonesia menjadi Kosasih, Komar, Kurnia, Kusnadi, Kholil, Kusumo, Komara, Koeswandi, Kodinata
  34. 謝 (Xie) yang dibaca Shiedieja dieja Cia/Tjia lalu di Indonesia menjadi Tjiawijaya, Tjahyadi, Sudarmadi, Tjiawi
  35. 楊 / 杨 (Yang) yang dibaca Yang dieja Njoo, Nyoo, Njio, Injo, Inyo, Jo, Yo, Yong lalu di Indonesia menjadi Yongki, Yoso, Yohan, Yuwana, Yudha
  36. 叶 (Ye) yang dibaca Ye dieja Yap/Jap lalu di Indonesia menjadi Japhar, Djapri
  37. 曾 (Zeng) yang dibaca Ceng Tjan, Tsang lalu di Indonesia menjadi Tjandra/Chandra, Tjandrakusuma/Candrakusuma
  38. 张 (Zhang) yang dibaca Chang dieja Thio, Tio, Chang, Theo, Teo, Tjong lalu di Indonesia menjadi Canggih, Setyo, Setio, Sulistio, Sutiono, Santyoso
  39. 郑 (Zheng) yang dibaca Cheng dieja Te, The lalu di Indonesia menjadi Tedyono, Suteja, Teja, Teddy, Tedjokumoro, Tejakusmana, Tejarukmana, Tejawati
  40. 周 (Zhou) yang dibaca Chou dieja Tjio, Tjioe lalu di Indonesia menjadi Tjokrorahardjo (Cokroraharjo), Tjokrowidjokso (Cokrowijokso)
  41. 朱 (Zhū) yang dibaca Chu lalu di Indonesia menjadi Zulkifri, Zuneng

Ada nama teman-teman atau kerabat keturunan Tionghoa yang bernama demikian? So, bisa tuh ditanyakan kebenarannya.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com

.




10 Comments

  1. Harus di Indonesia kan namanya.. Karna saya gk suka aja kalau misal ada pertandingan yg ada nama china yg keluar.. Jujur sy krang srek sama pebulu tangkis malaysia yg china karna namanya di anggap kayak bukan org malaysia.. Kayak mencoreng nama negara gtu di mata org asing.. Ya kali masa org Indonesia yg bermain org cina, mksudnya namanya kok china??.. Maka trjadilah bahan rasis di mana mana..

    • Wah masalah nama adalah urusan yang punya namalah. Tapi nyatanya banyak nama2 impor dari barat atau timur menjadi hal lumrah, misalnya Rony, Sony, Rohmatul, Achamd, Mohammad, dll yang nyata2 memang bukan nama asli Indonesia. Biasanya nama Indonesia yang kecina2an dimaksudkan meneruskan marga misalnya gw ada temen Hadiyanto Lee maksudnya dia bermarga Lee. Gak ada yang salah.

    • Dasar otal rasis.
      Kalau yg muncul namanya Muhammad, Achmad, Gazali,Rosyid kenapa ga merasa ga sreg secara itu nama Arab?
      Kalau yg muncul namanya Anthony, Benny, Alan kenapa kamu ga juga merasa ga sreg secara itu nama caucasian/bule.
      Otak rasis jangan dipiara.

    • Lu nga suka lah masalah kamu donk. Kok nama dijadikan masalah. Orangnya manusia tetapi membenci manusia yang lain. Parah parah

    • Indonesia juga punya banyak nama bergantung daerah, diganti nama indonesia juga??? Ahh… Pemikiran macam otak kau yang dangkal itu buat tidak maju bangsa ini. Bagaimana yang menggunakan nama Arab, ganti lah…. Kasian turunan mu dengan pemikiran macam kau…. Jadi keset terus..

  2. Yayan kalau mau jadi pribumi Asli boleh saja, tapi asal usul China tidak akan dianggap pribumi beneran oleh pribumi2 lain. Tetap saja bisik2nya “dia sebenarnya China Lho” … Rasisme gitu…
    Gimana kl turunan Belanda, Jerman, apa harus buang nama keluarga dari leluhur supaya keliatan sebagai malaysia atau indonesia Asli?
    Jadi warisan leluhur berupa nama keluarga dianggap sampah yg hina ??
    Kita lahir bukankah karena ada leluhur bukan? Seharusnya banggaakan leluhur kita

  3. Yayan, bahasa rasis ini jangan dipelihara, ngak ada manfaatnya, ini membuat Indonesia blunder, anak yang lahir sudah membawa takdirnya masing2. Mau pakai nama cina yang disudah dimodif ke Indonesia, itu usaha bagus menunjukan cinta Indonesia, dan menorehkan prestasi untuk bumi yang dia injak, apa masih kurang usaha untuk dapat hidup berdampingan, saya muslim dan tetangga saya 80% etnis tionghua… mereka sangat menghargai org.

  4. nama pemimpin kita bung karno juga diambil dari salahsatu tokoh cerita mahabarata dari india yaitu Karna.
    namaku aja kukira nama indonesia ternyata dari bahasa persia + india.
    reza = dari bahasa persia yang artinya rela/ rido. (kalo anda datang ke iran trs ada yang panggil reza di jalan, pasti banyak yang nengok)
    chandra = dari bahasa india yang artinya bulan (kalo datang ke india minimal anda keliling kampunglah pasti ketemu namanya candra).

  5. Mau nama yang bagaimana juga seyogyanya nama marga tetep dikenakan agar lebih mudah untuk melihat bebet bibit dan bobotnya

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*