SAMARINDA, KalderaNews.com – Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman di Samarinda, Kalimantan Timur, Lukas Daniel Leatemia mengakui kuliah ambil S3 (PhD) itu tidak mudah dan banyak tantangannya.
Bahkan kalau tidak ada progress (kemajuan), bisa berhenti di tengah jalan alias tidak bisa dilanjutkan lagi. Mimpi menyandang gelar S3 itu hanya bisa menjadi khayalan seumur hidup.
“Waktu yang diperlukan untuk studi ini rata-rata 4 tahun, tapi bisa diperpanjang jika ada alasan yang cukup kuat,” tegasnya di webinar PhD Preparation Bootcamp: Workshop #1 bertajuk “Introduction and Types of PhD” baru-baru ini.
BACA JUGA:
- Irma Hidayana: Kalau Kuliah S3 Itu Banyak Jenuhnya, Solusinya?
- Ambil PhD di Usia 40 Tuh “Tenaga Kurang”, Lukas Daniel Leatemia: Usia 20-30an Sangat Bagus
- Ambil PhD di Belanda Butuh Kemampuan Bahasa Inggris di Atas Rata-Rata
Dosen sekaligus dokter yang kini tengah menempuh pendidikan PhD di School of Health Professions Education, Maastricht University menjelaskan perkembangan pengerjaan disertasi dipantau secra intensif dan dievaluasi secara rutin.
“Progressnya dievaluasi tiap tahun dan bisa saja PhD itu berhenti di tahun pertama, ketika supervisor tidak melihat progress,” terangnya.
Dari pengalamannya, proses PhD di kampusnya biasanya didampingi 2 supervisor (maksimal 3) dan yang ketiga ini adalah lokal promotor dari student.
Nah, biar proses PhD tidak mandeg di tengah jalan, ada baiknya proposalnya dibuat sedemikian rupa sehingga penelitiannya pun bisa dilakukan dengan lancar. Selain itu, komunikasi yang intensif dengan supervisor juga penting untuk mempercepat pengerjaan disertasi.
“Menariknya, beberapa tahun belakangan ini sudah cukup ketat dalam hal penilaian dari universitas pada para supervisor. Kita juga bisa menilai kinerja supervisor,” tandasnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply