TANGERANG, KalderaNews.com – Serangan siber (cyberattack) kini makin intensif. Teknik penyerang itu pun semakin canggih. Oleh sebab itu, negara, individu, kelompok, atau organisasi harus belajar evolusi serangan mereka.
“Di masa Covid-19 ini semua sudah serba elektronik. Semua terkoneksi lewat jaringan internet. Serangan-serangan cyber akan makin masif. Ada gula ada semut,” tegas Deputy Head of Master of IT Program di Swiss German University, Charles Lim saat berbincang dengan KalderaNews.
Secara statistik, serangan siber biasanya menyerang yang punya uang seperti perbankan. Financial institution menjadi target serangan mereka. Target selanjutnya adalah yang punya hak intelektual, misalnya perusahaan-perusahaan farmasi, dimana pada saat Covid-19 ini perusahaan farmasi berlomba-lomba mendapatkan vaksin dan terakhir layanan e-commerce dimana penyerang biasanya mengincar data customers dan transaksinya.
BACA JUGA:
- Charles Lim: Indonesia Jadi Sasaran Empuk Serangan Siber
- Ancaman Serangan Siber Semakin Kompleks dan Canggih
- Kurikulum Program MBA SGU Selalu Tanggap dan Update Situasi Terkini
“Biasanya orang-orang yang menyerang ini pun sudah dibayar secara finansial. Mereka sudah memiliki teknik-teknik tertentu, maksud dan motif tertentu,” tandasnya.
Leave a Reply