BANDUNG, KalderaNews.com – Management Lecturer STIE Sutaatmadja Bismantara menegaskan ada 3 permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran daring, yakni Pertama, infrastruktur terutama komunikasi, listrik, dan teknologi yang belum merata. Kedua, mental pelajar Indonesia yang ‘suka rebahan’ dan instant result. Ketiga, budaya pelajar yang identik sebagai followers, bukan leader apalagi doer.
Kendati demikian, siapa pun kini mau tidak mau harus bisa beradaptasi dengan kondisi pandemi Covid-19. Ia menegaskan Setiap elemen masyarakat adalah new learner dari situasi pandemi saat ini.
“Ada banyak strategi yang bisa digunakan untuk beradaptasi dengan situasi saat ini. Namun satu yang pasti, tidak ada strategi yang cocok bagi semua orang, no one size fit all,” tandasnya di webinar Unpar Talk Series 6 bertajuk “The Future of Learning” pada Agustus 2020 ini.
BACA JUGA:
- Irene Elizabeth Delinggo: Tips Lulus SMA Langsung Dapat Beasiswa ke Amerika
- Tips Mendapatkan Beasiswa StuNed 2020 dari Tiga Bidadari 2018
- Elgine Harits: Tips Berburu Beasiswa dengan Duit dan Otak Limited
- Kezia Tanesha Susanto: Tips Lulus SMA Langsung Dapat Beasiswa Hingga Master di Oxford
Sementara itu, Kepala Jurusan Hubungan Internasional Unpar, Elizabeth Dewi menegaskan pentingnya renegosiasi pembelajaran di tengah hilangnya batas antara rumah dan tempat belajar, proses migrasi dari luring (offline) kepada daring (online) dan fungsi pengajar dan pelajar yang berubah.
Selain itu, pada awalnya dosen adalah pusat dari perhatian kelas, namun saat ini telah terdesentralisasi. Mahasiswa atau pelajar mengalami resentralisasi. Dosen harus berbagi dengan pelajar sebagai subyek atau pusat pembelajaran.
Ia menegaskan mahasiswa atau pelajar tidak lagi menjadi obyek pembelajaran melainkan subyek. Pelajar pun telah masuk kepada sistem self-determined learning. Mereka yang menentukan apa yang mau dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya.
Saat ini, peran dosen atau pengajar adalah sebagai pendamping yang menemani proses pembelajaran yang telah dipilih oleh subyek.
Namun, harus diingat juga bahwa proses pembelajaran bukan hanya mencemerlangkan pelajar, tapi memanusiakan mereka. Proses memanusiakan inilah yang akhirnya sulit dilaksanakan melalui new learning process yang bergantung pada daring.
Maka, sistem pembelajaran perlu memperkenalkan heutagogi. Heutagogi adalah pendekatan sistem pembelajaran dimana pelajar bebas untuk menentukan sendiri arah belajarnya, dosen bertindak sebagai fasilitator yang bertugas untuk mempermudah proses belajar yang dipilih pelajar itu sendiri.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply