PALEMBANG, KalderaNews.com – Kajasdam II/Sriwijaya, Letnan Kolonel Kav. Edward Francis menegaskan bahwa orang Papua itu lebih Indonesia dibandingkan dengan kebanyakan orang Indonesia.
Pernyataan ini disampaikannya saat menjadi nasasumber Seminar Kebangsaan yang diselenggarakan oleh Civitas Academica Universitas Katolik Musi Charitas (UKMC) di Palembang pada Sabtu, 15 Agustus 2020.
Melalui Seminar Kebangsaan ini, keluarga besar UKMC berkomitmen menumbuhkan karakter nasionalisme yang tak lekang sehingga cita- cita Indonesia Maju terus diperjuangkan seraya peduli akan keutuhan bangsa dan negara.
BACA JUGA:
- Tiga Anggota Paskibraka Sukses Kibarkan Sang Merah Putih di Istana Merdeka, Ini Profil Lengkap Mereka
- Kompetisi APIO Tingkat SMA di Tangerang Diikuti 852 Peserta dari 33 Negara
- Mendikbud: Siapa pun Bisa Gunakan Merek “Merdeka Belajar” Tanpa Kompensasi Apa Pun
- Ini Alasan Praktik SMK Boleh Tatap Muka Meski di Zona Merah
- Pendiri Cikal Minta Jaminan Ini Saat Merek “Merdeka Belajar” Dihibahkan ke Kemendikbud
Pada seminar ini Edward banyak memberikan sharing pengalamannya selama bertugas, termasuk pengalamannya di Papua.
“Orang Papua itu lebih Indonesia daripada kita. Mereka dengan fasih menggunakan bahasa Indonesia setiap kali saya bertanya,” paparnya.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa nasionalisme dapat dikembangkan dari level paling kecil, yakni kepedulian terhadap diri sendiri, sesama, dan lingkungan.
Sementara itu, narasumber lainnya yang hadir adalah Atlit Badminton Nasional Berprestasi, Leonardus Jonatan Christie atau terkenal dengan nama panggilan Jojo dan Student Fellow, Asia Research Institute-National University of Singapore sekaligus Dosen Unika Widya Mandala Surabaya, Dr. (C.) Finsensius Yuli Purnama.
Jojo berbagi pengalamannya sebagai atlet Asian Games dan peran pemerintah dalam mendukung karirnya.
“Saya bangga sebagai bangsa Indonesia, majulah Indonesia,” paparnya.
Dr. (C.) Finsensius Yuli Purnama pun menegaskan solidaritas adalah nasionalisme baru di masa pandemi ini. Sebuah nasionalisme yang didasarkan pada kesamaan imaji tentang tujuan bersama sebagai bangsa dan cita-cita untuk mewujudkan kehidupan bersama yang lebih baik.
Ia menyebut bahwa nasionalisme metodologis yang mendasarkan semangat kebangsaan pada kesamaan wilayah dan sejarah tidak lagi mencukupi. Globalisasi menciptkan pengalaman yang berbeda dan sejarah orang-orang yang beragam. Nasionalisme metodologi tidak lagi mencukupi dan perlu dikembangkan bentuk nasionalisme “baru” yang berdasarkan pada semangat solidaritas
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply