JAKARTA, KalderaNews.com – Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Doni Monardo menegaskan perubahan perilaku adalah kunci keberhasilan memutus mata rantai penularan Covid-19.
Hari ini adalah 5 bulan plus 2 hari sejak pemerintah menerbitkan peraturan presiden tentang status kekarantinaan kesehatan, tetapi perilaku masyarakat dalam menghadapi ancaman Covid-19 belum maksimal.
“Kita perlu memanfaatkan momentum krisis ini untuk lebih maju dan memetik semua pengalaman selama 5 bulan terakhir. Ada banyak hal yang perlu kita evaluasi, tetapi kita yakin dan optimis bangsa kita yang memiliki modal sosial gotong-royong akan pulih dalam berbagai bidang. Kesehatan bisa bangkit, ekonomi bisa berjalan dengan baik,” tandasnya dalam Diskusi FMB9 “Kesehatan Pulih, Ekonomi Bangkit” pada Sabtu, 15 Agustus 2020 yang juga menghadirkan Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan PEN, Erick Thohir dan Ketua Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional, Budi Gunadi Sadikin.
BACA JUGA:
- Ini Alasan Praktik SMK Boleh Tatap Muka Meski di Zona Merah
- Pendiri Cikal Minta Jaminan Ini Saat Merek “Merdeka Belajar” Dihibahkan ke Kemendikbud
- Anggaran Pendidikan 2021 Rp 549, 5 Triliun, Untuk Apa Saja Sih
- Inilah 10 PTN dengan Peminat Terbanyak Jalur SBMPTN 2020, UGM yang Paling Ketat
- Selamat, Persentase Peserta KIP Kuliah yang Lulus SBMPTN 2020 Tertinggi Dibanding Reguler
“Sesuai dengan perintah presiden kami hari ini fokus dalam bidang perubahan perilaku. Kalau kita bisa melakukan perubahan perilaku dengan disiplin, disiplin dan disiplin serta patuh pada protokol kesehatan maka kita akan mampu memutus mata rantai penularan,” imbuhnya.
Ia berpandangan perubahan perilaku ini menjadi kekuatan bersama karena obat Covid-19 belum ada dan vaksin pun baru efektif dalam beberapa bulan ke depan.
“Perubahan perilaku ini adalah kesadaran kolektif dengan peran dari seluruh komponen bangsa dalam bentyuk kolaborasi pentahelix berbasis komunitas,” tandasnya.
Pentahelix yang dimaksud adalah kolaborasi pemerintah, swasta, masyarakat, akademisi dan media.
“Edukasi, sosialisasi dan mitigasi perlu dilakukan bersama-sama tokoh masyarakat, agama, partai politik hingga ke tingkat RT-RW. Media juga berperan dalam sosialisasi dan edukasi dengana persentase hingga 63% dan pelibatan pakar sosial antrolopolog dan sosiolog. Kesemuanya ini perlu mengedepankan pendekatan berbasis kearifan lokal,”
Ia pun menambahkan bahwa dalam mamaksimalkan perusahan perilaku, komunitas adalah garda depan (80%) dan tenaga medis benteng terakhirnya (20%).
Ia lantas mengingatkan tiga protokol kesehatan yang tidak boleh menjadi kebiasaan yang terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply