BANDUNG, KalderaNews.com – Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nizam mengunjungi Universitas Telkom (TelU). Kunjungan ini untuk melihat kesiapan Universitas Telkom dalam mempersiapkan teknologi komunikasi untuk membantu proses belajar mengajar di tengah pandemi Covid-19.
BACA JUGA:
- Ini Alasan Najelaa Shihab Tetap Optimis dengan Masa Depan Pendidikan di Indonesia
- Bikin Ngakak, Kang Emil Tuh Gubernur dengan Follower IG Lebih dari Penduduk Swedia
- 4 Tip Kece Membangun Personal Branding buat Milenial dari Wakil Rektor 3 LSPR Jakarta
- Ya Ampun, Begini Ini To Susahnya Nyari Indekos di Belanda!
- Housing dan Family Allowance, Masalah Paling Pelik bagi Awardee LPDP
- Keren! Hasil Kerja Part Time Bisa Boyong Keluarga ke Belanda! Kok Bisa?
Nizam mengatakan, perguruan tinggi harus mengambil peran dalam berinovasi untuk ikut mengurangi dampak dari pandemi ini. “Kami sangat bangga, dalam masa pandemi ini perguruan tinggi sudah banyak melakukan dan menciptakan inovasi. Maka kami ingin, Universitas Telkom dapat mengembangkan teknologi telekomunikasi guna membantu proses belajar mengajar di Indonesia,” kata Nizam.
Nizam juga berkesempatan berbincang dengan Khoirul Anwar, yang menemukan dan sekaligus pemilik hak paten teknologi 4G berbasis Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM), yang juga sedang dikembangkan di Universitas Telkom.
“Dr. Khoirul Anwar beserta tim Universitas Telkom telah menunjukkan bahwa teknologi hasil karya anak bangsa dapat membantu mengurangi kendala jaringan yang saat ini kita hadapi. Di mana melalui teknologi ini kita dapat mengirimkan jaringan atau konten pembelajaraan ke tempat yang jauh, bahkan sulit dijangkau oleh jaringan internet. Dan teknologi ini nantinya dapat dimanfaatkan secara gratis, tidak memerlukan pulsa dan sebagainya,” papar Nizam.
Dr. Khoirul Anwar, dosen dan direktur Research Center for Advanced Wireless Technologies (AdWitech) Universitas Telkom mengatakan, cara kerja teknologi itu adalah dengan menggunakan frekuensi radio yang dipantulkan ke ionosphere.
“Teknologi ini seperti BTS yang saat ini ada, di mana kalau BTS menggunakan fiber optic, tetapi ini memanfaatkan frekuensi radio yang dipancarkan ke atas lalu dipantulkan ke ionosphere, sehingga bisa menjangkau daerah yang jauh sekalipun,” jelasnya.
Nizam berkata, perkembangan teknologi mesti dimanfaatkan, terutama dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi. “Mari kita bangun kedaulatan teknologi Indonesia. Dengan kerja keras dan cerdas, kita pasti bisa,” harapnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply