BANDUNG, KalderaNews.com – Dekan Fakultas Teknologi Informasi dan Sains (FTIS), Universitas Katolik Parahyangan, Dr.rer.nat Cecilia Nugraheni, ST, MT dari menegaskan Covid-19 melahirkan entrepreneurship ‘jalur corona’ dengan berbagai alasan.
Ia mencontohkan seorang ibu rumah tangga yang selama ini telah tercukupi kebutuhan hidupnya dari penghasilan suami tiba-tiba menjadi pengusaha makanan bergizi tinggi untuk tetangga kanan kiri yang mencari asupan berkualitas di era pandemi.
Contoh lain, seorang wanita karir bidang properti tiba-tiba bertambah “profesi” jualan rempah dan minuman herbal, ketika melihat kedua jenis bahan konsumsi itu menjadi “kebutuhan baru” masyarakat untuk sehat dan disebut sebagai anti-korona.
BACA JUGA:
- Resmi, Beasiswa dan Sisa Lebih yang Ditempatkan pada Dana Abadi Pendidikan Bukan Objek Pajak
- Digitalisasi SDM Usia Muda, Pemkab Dairi Lirik Kampus SGU dan Telin
- Stafsus Milenial Ini Gencar Bertemu dengan Pelaku Dunia Usaha Kuliner, Ada Apa Ya?
- Budi Raharjo CFP Ajak Peserta Didik Stella Maris School BSD Atur Duit Sejak Dini
- Rangsang Hubungan Asmara Vokasi dan DUDI, Kemendikbud Gelontorkan 3,5 Triliun
Menurut Cecilia di webinar dengan tema “Produktif di Era New Normal” oleh Asosiasi Pendidikan Tinggi Informatika dan Komputer (APTIKOM) baru-baru ini, ada beberapa alasan untuk menjadi seorang entrepreneur. Kita bisa memilih sendiri segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha kita. Begitu juga dengan standar yang kita tetapkan.
“Tentunya ketika memilih hal yang sesuai dengan keinginan, kita akan bahagia dan akan terus bersinar di bidang yang digeluti,” tandas alumnus S3 Ludwig-Maximilians Universität (Uni-München), Munich, Jerman seperti dikutip situs resmi Unpar.
Selanjutnya, ia menekankan pentingnya strategi dalam membangun brand. Branding adalah suatu aktivitas pemasaran bahwa kita berbeda dengan orang lain. Branding juga merupakan cara kita mampu meng-connect produk kita dengan customer.
Brand sebagai salah satu upaya usaha untuk bertahan dan bersaing. Logo hanyalah sebagian kecil dari cara membangun brand. Audiens, kompetitor, karakteristik brand, kualitas sampai manfaat, serta proses sampai perkembangan tidak kalah penting.
Branding tidak sama dengan marketing namun saling mendukung. Perbedaan marketing dengan branding dari segi fungsionalitasnya. Marketing bertujuan untuk membeli sedangkan branding bertujuan untuk menarik orang memilih barang kita dibanding yang lainnya.
Brand building tentu bukanlah sebuah proses yang singkat. Hal ini memerlukan waktu, kesabaran, serta kekonsistenan dari pemilik usaha. Alumnus S1 dan S2 Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) itu menutup sesinya dengan sebuah kalimat, “To brand or not to brand, that is the question.”
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply