JAKARTA, KalderaNews.com — Sebuah riset yang dilakukan oleh TechRepublic Premium baru-baru ini diluncurkan oleh Microsoft. Riset tersebut meneliti dampak pandemi COVID-19 terhadap gaya bekerja, operasi bisnis dan bagaimana adopsi teknologi di dunia kerja di wilayah Asia-Pasifik.
Hasilnya menarik. Riset yang diberi judul Transitioning Asia-Pacific to a New Normal of Work itu menyatakan bahwa dunia kerja sekarang dan di masa depan adalah dunia kerja yang bersifat hibrid, yaitu bekerja tidak lagi harus di kantor tetapi bekerja dari rumah atau bekerja dari mana saja.
“Seiring dengan berbagai belahan dunia terpukul oleh COVID-19, hidup dan pekerjaan berubah seketika bagi semua orang,” kata Kady Dundas, Head of Marketing, Microsoft Teams, Microsoft Corp.
BACA JUGA:
- TOP CSR Awards 2020 Dihelat di Tengah Pandemi Covid-19, Seperti Ini Suasananya
- CSR Perusahaan Saat New Normal Butuh Strategi dan Protokol Jitu
- 15 Poin Protokol Pelaksanaan Salat Idul Adha di Masa Pandemi COVID-19
- Duh, Ada 79 Kabupaten/Kota Masih Bandel dalam Pembelajaran di Tengah Pandemi Covid-19
- Mendikbud Minta Maaf dan Berharap Muhammadiyah, NU dan PGRI Kembali Gabung POP
- Universitas Trisaksi Tetap Gelar Kuliah Usaha Mandiri di Tengah Pandemi
“Kita semua tiba-tiba beralih dari bekerja di ruang rapat ke bekerja di ruang keluarga dan ketika Anda melakukannya, Anda semakin sangat tergantung pada video. Sekarang kami mencatat ada sekitar 200 juta partisipan rapat setiap hari, yang setara dengan 4,1 miliar menit rapat. Ini cukup menunjukkan peralihan cara bekerja,” kata dia, dalam sebuah berita di situs resmi Microsoft Indonesia, 29 Juli 2020.
Seiring dengan semakin diterimanya bekerja secara hibrid sebagai gaya hidup di masa new normal, ada lima tren di dunia kerja yang harus diperhatikan. Kelima tren itu adalah sebagai berikut.
- Risiko Kelelahan yang Luar Biasa.
Organisasi harus memperhatikan persepsi baru tentang seberapa lama seharusnya orang bekerja. Menurut Penasihat IBRS and Future of Work Expert, Joe Sweeney, satu respons umum tentang bekerja di masa pandemi adalah bekerja lebih keras dan harus terkoneksi terus-menerus. Mereka yang sudah mulai menjalankan bekerja dari rumah sering kali masih menerima panggilan dari bos mereka hingga larut malam. Hal ini menggarisbawahi kebutuhan untuk menarik kembali batas-batas untuk terkoneksi di luar jam kerja.
2. Masalah Pengembangan Karier.
Organisasi perusahaan perlu menilai kembali bagaimana pengukuran kinerja karyawan. Perangkat kolaborasi dapat mengukur aktivitas, tetapi tidak dapat memberi pengukuran terhadap nilai-nilai yang dibawa seseorang ke dalam organisasi. Di masa pandemi ini organisasi perusahaan sekarang menemukan bahwa mereka yang “introvert” lah yang lebih memberikan kontribusi pada perusahaan sementara mereka yang ekstrovert dan bertipe “pemain bintang” tidak lagi menjadi pusat perhatian.
3.Perlunya Fleksibilitas dan Empati
Penelitian ini menemukan bahwa hampir setengah (47 persen) dari yang bekerja dari rumah melaporkan mengalami gangguan di rumah saat bekerja. Ini merupakan tantangan. Organisasi perusahaan serta para manajer dan anggota timnya harus merespons ini tidak hanya untuk membantu karyawan menciptakan lingkungan yang bebas gangguan, tetapi juga lebih fleksibel dalam menyelesaikan pekerjaan dan berempati dengan tantangan yang dihadapi oleh orang-orang yang bekerja dari rumah.
4. Pelatihan dan Kesiapan Teknologi
Saat teknologi menjadi kebutuhan pokok bagi karyawan, pelatihan harus berjalan beriringan dengan upaya merealisasikan potensi penuh dari perangkat keras dan perangkat lunak. “Ada orang yang resisten terhadap perubahan – biasanya para senior, karena mereka tidak pernah merasa harus belajar cara menggunakan teknologi. Mereka selalu mendapat dukungan TI di ruangan ketika mereka membutuhkannya, “kata Nitin Paranjape, CEO dan Pendiri, MacOffice Services Private Limited yang berbasis di India.
5. Memperhitungkan Unsur Sosial
Organisasi perusahaan perlu secara terencana berfokus pada kebijakan dan budaya perusahaan daripada sekadar pada teknologi. Indeks Tren Kerja Microsoft yang dirilis pada April 2020 menunjukkan jumlah orang yang memutar video di pertemuan-pertemuan Tim Microsoft telah berlipat ganda dibanding sebelum bekerja dari rumah menjadi arus utama.
Selain memungkinkan konferensi video, organisasi perlu menemukan cara untuk mendorong inovasi, ide-ide kreatif, dan persahabatan yang membuat karyawan merasa bahwa mereka adalah bagian yang dihargai dari suatu organisasi.
“Di Indonesia, sekarang cukup umum melihat anak-anak atau hewan peliharaan tampak dalam pemandangan rapat-rapat virtual,” kata Wahjudi Purnama, Business Group Lead, Modern Work, Microsoft Indonesia.
“Keluarga memainkan peran penting di sini dan saya yakin kita semua semakin memahami tantangan bekerja dari rumah. Sebagai perusahaan, kami mencoba berempati sebisa mungkin bagi kebutuhan tiap orang dan berusaha menyediakan keseimbangan antara bekerja dan kehidupan,” kata dia.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply