4 Tip Kece Membangun Personal Branding buat Milenial dari Wakil Rektor 3 LSPR Jakarta

Wakil Rektor 3 London School of Public Relations (LSPR) Jakarta, Taufan Teguh Akbari
Wakil Rektor 3 London School of Public Relations (LSPR) Jakarta Taufan Teguh Akbari di sesi Workshop Indonesian Youthquake yang diinisiasi oleh Perhimpuan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda, Sabtu, 11 Juli 2020 (KalderaNews/Fajar H)
Sharing for Empowerment

AMSTERDAM, KalderaNews.comPersonal branding menjadi sebuah keharusan di era milenial saat ini. Meskipun terlihat rumit, personal branding sangat bermanfaat karena akan membuat kita berbeda dengan yang lain.

Wakil Rektor 3 London School of Public Relations (LSPR) Jakarta sekaligus Founder Rumah Millennials, Taufan Teguh Akbari menegaskan kata branding sendiri berasal dari bahasa Jerman (Brandr) yang artinya membakar. Sebuah kegiatan peternak sapi di Jerman utara yang membakar besi panas untuk memberi tanda kualitas baik dan buruk pada sapi yang dimilikinya.

“Kita adalah brand berjalan, dimana label itu yang selalu muncul pada kita,” tandas Taufan di sesi Workshop Indonesian Youthquake yang diinisiasi oleh Perhimpuan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda, Sabtu, 11 Juli 2020.

BACA JUGA:

Ia menambahkan label yang melekat pada kita tumbuh seiring dengan konsistensi yang sedang kita bangun.

Personal branding merupakan kegiatan untuk memberitahu dunia tentang siapa kita, apa yang kita lakukan, dan supaya kita berhenti untuk mengejar uang, materi, dan kesempatan. Justru hal itulah yang harus berbalik mengejar kita.

Dengan personal branding kita memiliki warna, keunikan dan perbedaan. Akan tetapi, pada dasarnya personal branding itu berbeda dengan pencitraan, yakni terletak pada implementasinya. Branding memiliki kejujuran pada komunikasi secara offline dan online pada seluruh portal komunikasi yang ada, sementara itu pencitraan tidak ada kejujuran.

Rangkaian workshop gratis Indonesian Youthquake yang diinisiasi oleh Perhimpuan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda (KalderaNews/Dok. Indonesian Youthquake)
Rangkaian workshop gratis Indonesian Youthquake yang diinisiasi oleh Perhimpuan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda (KalderaNews/Dok. Indonesian Youthquake)

Begitu juga dengan narsisme yang pastinya berbeda dari personal branding. Narsisme selalu memperlihatkan hal yang berkaitan dengan diri, sementara personal branding terlihat dengan kontribusi yang dilakukan.

Selanjutnya, ia memberikan 4 tip bagi milenial yang ingin membangun personal branding di era digital seperti saat ini:

  • Pertama, pilih platform sosial media yang sering kamu pakai dan membangun audiens yang setia
  • Kedua, rapikan foto profil dan beri keterangan short biomu dengan jelas di sosial media.
  • Ketiga, membuat situs website pribadi yang asli, otentik, dan bersih sebagai investasi personal brandingmu.
  • Keempat, terakhir yang tak kalah penting adalah konsisten. “Nafas panjang menjadi kunci emas personal branding yang kuat,” pungkas Taufan.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*