SOLO, KalderaNews.com – Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Wikan Sakarinto Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia yang sudah menerapkan link and match atau “penikahan massal” dengan Industri dan Dunia Kerja (IDUKA) tidak kalah dibandingkan sekolah vokasi di negara Jepang
Hal ini ditegaskanya saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke tiga SMK di Jawa Tengah, yaitu SMK Negeri 2 Solo, SMK WARGA Solo, dan SMK 1 Muhammadiyah Sukoharjo, Kamis, 23 Juli 2020 lalu.
Sidak ke beberapa SMK dilakukan Dirjen Diksi untuk melihat secara langsung apakah kebijakan link and match atau “penikahan massal” antara Vokasi dengan IDUKA benar-benar sudah diterapkan oleh SMK atau tidak.
BACA JUGA:
- Sadar Program Organisasi Penggerak (POP) Dikecam, Mas Nadiem Akan Evaluasi Lagi
- Covid-19 di Belanda Sudah Terkendali, Pelajar Indonesia Sudah Jalani Hybrid Education
- Selamat, 37 Pelajar Indonesia Berhasil Dapat Beasiswa OTS 2020 ke Belanda
- Untuk Pertama Kali dalam Sejarah, Unika Atma Jaya Gelar Wisuda Daring
- Ini Alasan Lengkap NU, Muhammadiyah dan PGRI Ogah Ikut Program POP Kemendikbud
“Meski awalnya terkejut dan bingung, semuanya menyatakan senang sekali. Mulai dari kurikulum hingga potensi produk-produk hasil karya mereka bagus.”
Menurut Wikan, kurikulum adalah syarat terpenting di dalam link and match, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia kerja, atau belum.
“Dari kurikulum yang saya lihat dan cermati, ternyata di ketiga SMK tersebut kurikulumnya benar-benar dibuat dengan duduk bersama dengan industri secara intensif. Setiap tahun dilakukan revisi kurikulum sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia kerja,” tutur mantan Dekan Sekolah Vokasi UGM ini.
“Oleh Karena itu, tidak kaget kalau keterserapan lulusannya mencapai rata-rata 93 persen di ketiga SMK tersebut,” tandas Wikan.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply