JAKARTA, KalderaNews.com – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio menghadiri webinar yang diadakan Yayasan Tarakanita sebagai penutupan tahun ajaran 2019/2020. Webinar ini dihadiri sebanyak 433 peserta terdiri dari guru dan murid dari 16 SMP Tarakanita se-Indonesia.
Wishnutama yang merupakan alumni SMP 5 Tarakanita Jakarta tahun 1986 ini pun sharing bagaimana ia mengembangkan kreativitas tanpa batas.
Di sela-sela sharing, ia sempat melihat guru fisikanya saat kelas 2, Christine Susilowati. ”Bu Christine ini galak ini,” celetuknya di acara #pakmenterimengajar para siswa SMP Tarakanita dari berbagai sekolah di bawah naungan Yayasan Tarakanita bertajuk “Mengembangkan Kreativitas Tanpa Batas” pada Jumat, 19 Juni 2020.
BACA JUGA:
- Pandemi Covid-19 Jadi Momen Emas Tarakanita Internalisasi Pendidikan Karakter Peserta Didik
- Peserta Didik di Lereng Gunung Terkendala Online, Tarakanita Terapkan Pendampingan Khusus
- Aurelius Arya Saputra: Tarakanita Gerak Cepat Zero Accident Wabah Covid-19
- Pak Menteri Nasehati Para Siswa SD Tarakanita Bertanggung Jawab dan Mandiri
- Profesi Guru Tidak Akan Hilang, Bambang Brodjonegoro: Karena Human Touch
- Ditanya “Cucu” Gadget Murah untuk Belajar Online, Ini Jawaban Menristek/Kepala BRIN
Selain guru fisikanya, ia juga sempat berbicara dengan wali kelasnya dan beberapa guru lainnya yang hadir. Terlihat jelas raut wajah haru Wishnutama setelah bertegur sapa dengan guru-gurunya di SMP 5 Tarakanita Jakarta.
Ia pun mengakui karakter kreatifnya dibentuk di SMP Tarakanita 5 Jakarta. Ia bersyukur mendapatkan pembelajaran bahwa manusia itu beragam. Ia belajar toleransi, keberagaman dan kedisiplinan.
“Apa yang saya alami di sana, saya jadikan dasar sebagai manusia dalam berpikir dan bekerja,” ungkapnya.
Saat sesi tanya jawab, banyak pelajar antusias untuk bertanya. Salah satunya Joanna Angelina, siswa kelas 8 SMP 5 Tarakanita Jakarta. Ia bertanya, “Apakah Pak Menteri pernah mengalami kemacetan berpikir kreatif? Jika iya, bagaimana cara mengatasinya?”
Wishnutama menerangkan bahwa kreativitas itu tidak ada batasnya. Tetapi memang kreativitas atau inovasi itu harus dicoba terus menerus. “Tidak ada kreativitas yang langsung jadi,” ujar Wishnutama.
Baginya, kreativitas itu perlu proses yang tidak sederhana. Kuncinya adalah tidak boleh menyerah. Semakin besar kreativitas yang ingin dicapai, semakin berat pula lah prosesnya.
Donna Amelia, pelajar Tarakanita Gading Serpong memberikan pertanyaan bagaimana kreativitas berperan penting dalam Revolusi Industri 4.0 saat ini.
“Banyak perubahan dari lapangan pekerjaan, tapi bukan berarti semua harus teknologi. Nggak selalu tergantikan,” tandas Wishnutama.
Ia berpendapat bahwa sentuhan manusia tetap penting di era tekonologi apapun juga. Tidak usah khawatir dengan hilangnya pekerjaan.
Pertanyaan berikut muncul dari Veronica Ilma, “Apa bisa Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Mendikbud kolaborasi?”
Menjawab hal ini, Wishnutama memang sedang berdiskusi dengan Nadiem Makarim. Melalui gebrakannya “Merdeka Belajar” ia menargetkan bahwa seharusnya setiap sekolah bisa mengembangkan ekstrakurikuler atau mata pelajaran yang menarik.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply