Asyik, Peta Antik Kota-kota Indonesia Koleksi Australia Kini Bisa Diunduh Gratis

Peta Batavia (kini Jakarta) tahun 1662 (ANU)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com — Lebih dari 5.000 peta unik yang tergabung dalam Koleksi Peta Asia-Pasifik Australian National University (ANU) kini tersedia secara online. Ini merupakan bagian dari proyek yang sedang dikerjakan oleh Sekolah Tinggi Asia dan Pasifik di universitas tersebut.

Bagian penting dari koleksi peta ini sekarang tersedia di Open Research untuk diunduh dan dinikmati secara gratis.

Koleksi ini menyimpan berbagai peta topografi, kadaster, aeronautika, dan tematik, yang beberapa di antaranya sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.

Indonesia, Java, Plan de la Ville et du Chateau de Batavia [Plan of the City and the Castle of Batavia], 1750 (ANU)
Indonesia, Jakarta, A Map of Batavia with all its Forts, 1662 (ANU)
Indonesia, Java, Town Plan Batavia, 1945 (ANU)

“Peta paling awal berasal dari tahun 1662. Ini adalah peta lengkap Batavia – ibukota lama Hindia Belanda – dengan semua bentengnya,” kata Jenny Sheehan, yang mengelola koleksi, dikutip dari laman resmi Australian National University.

Penelusuran Kalderanews menunjukkan peta Batavia dalam koleksi ini mencakup dari berbagai tahun, mulai dari zaman kolonial hingga di awal kemerdekaan. Sejumlah peta itu diperuntukkan bagi perencanaan tata kota, termasuk untuk pembagunan pelabuhan.

BACA JUGA:

Selain Batavia, dari Indonesia ada juga peta Bandung, Yogyakarta, Medan dan Padang. Sementara peta yang menggambarkan pulau, mencakup pulau Kalimantan, Maluku, Flores, Merauke, Kaimana dan lain-lain.

“Kami memiliki lebih dari 120 peta antik dari abad 17, 18 dan 19, sebanyak 60 di antaranya dengan murah hati disumbangkan kepada kami oleh Clive Kessler.”

“Peta Roti adalah peta pra-1907, gambar tangan yang mewakili struktur politik Belanda, menunjukkan semua desa di pulau itu,” kata Sheehan.

“Peta ini penuh dengan pengetahuan lokal dan diproduksi secara lokal.”

Peta Pulau Roti tahun 1907 (ANU)

Menurut Sheehan, peta itu telah dianalisis oleh para ahli yang mengatakannya unik dan tidak dapat ditemukan di arsip Indonesia atau Belanda.

“Tentu saja nilai peta adalah kisah yang diceritakannya tentang kilasan peristiwa khusus ketika itu,” katanya.

Koleksinya juga dilengkapi inclinometer berusia 76 tahun. Instrumen ini dibuat pada tahun 1942 di Australia untuk membantu pasukan militer Sekutu melakukan survei selama Perang Dunia 2.

Bersama dengan Peta Roti dan inclinometer, beberapa bagian yang menonjol yang tersedia dalam koleksi termasuk buklet 30 foto Papua Nugini yang bersejarah, globe terestrial model Phillips 19 inci dari tahun 1945, dan peta langka misi Katolik di Selandia Baru, Tahiti, Samoa, Hawaiian Islands, Tonga dan sejumlah pulau lainnya, yang berasal dari tahun 1896.

Indonesia, Sumatra, Veduta della Collina di Padang (View of the Padang Hill), 1826 (ANU)

Kay Dancey yang mengelola area layanan CartoGIS di Sekolah Tinggi Asia Pasifik ANU, mengatakan peta-peta itu juga digunakan untuk tujuan praktis.

“Peta-peta telah digunakan sebagai bahan referensi dalam berbagai proyek penelitian termasuk melihat perbandingan infrastruktur bersejarah dan kontemporer, rekreasi perjalanan bersejarah, dan kepemilikan tanah negara Pasifik,” katanya.

Koleksinya dapat diakses dari seluruh dunia. Data menunjukkan mereka yang berasal dari China, Indonesia dan Jerman telah mengakses koleksi ini lebih dari 117.247 kali sejak koleksi tersebut secara bertahap mulai tersedia pada tahun 2011. Juga sudah mencatat 129.226 unduhan dalam 12 bulan terakhir.

Koleksi Peta Asia-Pasifik dapat diakses di tautan ini: https://openresearch-repository.anu.edu.au/handle/1885/107367

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*