Begini Cara Mahasiswa Timur Tengah Rayakan Idul Fitri Jauh dari Orang Tua

Seorang mahasiswa menyapa saudaranya lewat video call sambil menikmati hidangan berbuka puasa. (File/AFP)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com — Merayakan Idul Fitri bersama keluarga adalah keadaan ideal. Namun banyak mahasiswa yang tidak dapat berkumpul dengan orang tua. Apalagi di masa Pandemi COVID-19 yang di beberapa negara tidak mengizinkan bepergian antarnegara.

Bagaimana para mahasiswa asal Timur Tengah terpisah dari orang tua merayakan Idul Fitri?

ACA JUGA:

“Saya cukup beruntung mendapat beberapa kue ka’ak dari bibi, tetapi saya akan menghabiskan Idul Fitri sendirian. Orang tua saya tinggal di China. Saya mungkin akan meminta mereka melakukan video call dengan saya. Saya merindukan mereka,” kata Sara Ahmad, kepada Arab News. Sara Ahmad bermukim di Kairo

“Saya biasanya beribadah dengan keluarga pada pagi hari, tetapi karena masjid tutup, saya akan sendirian di rumah,” kata dia.

“Jika saya merasa kesepan, saya akan singgah di rumah bibi untuk sarapan. Namun saya akan memastikan tak ada kontak fisik dengannya,” tutur dia.

Sarah Siblina, seorang Lebanon terpaksa menghabiskan Idul Fitri kali ini di sebuah hotel di India. Ia menjalani karantina di sana.

“Saya meminta izin dari manajer hotel untuk mengizinkan teman India saya bergabung dengan saya besok,” kata Sarah Siblina.

“Jika tidak, saya akan melakukan zoom call dengan keluarga dan teman-teman kampus dari seluruh dunia,” kata dia.

Di London, para imam masjid memastikan tradisi Idul Fitri tetap berjalan dengan menggunakan berbagai platform media sosial. Meskipun demikian, banyak yang mengatakan hal itu tidak sama dengan Idul Fitri yang normal.

“Biasanya saya akan pergi ke pasar dan membeli makanan dan pencuci mulut. Kemudian pada malam hari, saya pergi ke masjid untuk salad Id dan bertemu dengan teman-teman di restoran setelah itu,” kata Zouhir Al Shimale, mahasiswa asal Suriah yang tinggal di London.

“Saya juga akan mengunjungi saudara-saudara dan keluarga, tetapi sekarang semuanya berubah,” kata dia.

Kendati kebanyakan orang mengadopsi pendekatan virtual dalam merayakan Idul Fitri kali ini, ada juga yang memilih merayakannya seperti biasa: bertemu secara langsung namun tetap menjaga jarak sosial satu sama lain.

“Saya pergi ke kampung halaman saya setiap tahun sejak saya bayi. Kami memiliki keluarga besar yang biasanya berkumpul di rumah kakak. Tetapi tahun ini tidak semua anggota keluarga merasa nyaman untuk bertemu,” kata Aya Chamseddine yang tinggal di Beirut.

“Beberapa dari kami merasa bersalah, mereka hanya singgah dan menyapa apa kabar kepada kakek dan nenek dan kemudian pulang ke Beirut,” kata dia.

“Sama sekali tidak sama lagi,” kata dia

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat, dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*