Oneng Ajak Milenial Tarakanita Tidak Takut dan Apatis dengan Politik

Politikus Rieke Diah Pitaloka Intan Permatasari yang juga akrab disapa Oneng menjadi guru dalam program #DPRMengajar yang dilakukan Yayasan Tarakanita dengan peserta SMA dan SMK secara online bertajuk "Pendidikan Politik untuk Generasi Milenial" pada Jumat, 29 Mei 2020
Politikus Rieke Diah Pitaloka Intan Permatasari yang juga akrab disapa Oneng menjadi guru dalam program #DPRMengajar yang dilakukan Yayasan Tarakanita dengan peserta SMA dan SMK secara online bertajuk "Pendidikan Politik untuk Generasi Milenial" pada Jumat, 29 Mei 2020 (KalderaNews/JS de Britto)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Politikus Senayan Rieke Diah Pitaloka Intan Permatasari yang juga akrab disapa Oneng karena perannya di sinetron komedi (sitkom) Bajaj Bajuri mengajak milenial di SMA dan SMK Tarakanita di seluruh Indonesia tidak takut dan apatis dengan yang namanya politik.

Ajakan ini disampaikannya saat dirinya didapuk menjadi guru dalam program #DPRMengajar yang dilakukan Yayasan Tarakanita dengan peserta SMA dan SMK secara online dan line di Youtube dan Instagram Yayasan Tarakanita bertajuk “Pendidikan Politik untuk Generasi Milenial” saat pandemi Covid-19 pada Jumat, 29 Mei 2020.

Acara yang dimoderatori oleh Guru SMA Gading Serpong, Esli Yunita Sari, S. Si berlangsung seru, santai, menarik dan interaktif karena tidak ada pemaparan materi panjang lebar, tetapi lebih banyak interaksi langsung dan tanya jawab dengan milenial Tarakanita yang diselingi dengan joke dan canda tawa.

BACA JUGA:

Acara diikuti 500 siswa dan guru SMA dan SMK Tarakanita di Sint.Carolus Bengkulu, St. Yosef Lahat, Tarakanita Gading Serpong & Citra Raya, Tarakanita Jakarta, Stella Duce Yogyakarta, SMK Pius X – Tarakanita Magelang dan St.Carolus Surabaya.

Kepala SMA Tarakanita Gading Serpong, YB Wardjono dalam pengantarnya mengimbau peserta didik bisa belajar tentang politik dari Rieke Diah Pitaloka, M.Hum.

“Sebagai generasi penerus bangsa wawasan tentang politik itu penting buat kalian,” tandasnya.

Ia lantas berharap ilmu-ilmu politik yang diajarkan Oneng benar-benar menumbuhkan minat peserta didik untuk terjun ke dunia politik atau setidaknya menjadi pakar-pakar politik yang berintegritas sehingga memajukan bangsa lebih baik.

“Menurut saya, milenial saat ini bukan apatis, tetapi mungkin kurang pemahaman dan sosialisasi karena apa yang diekspose dari aktor-aktor politik itu hal-hal yang kurang baik yang membuat anak milenial mati rasa dan males ikut mau ngapain,” tandas Oneng di ajang pendidikan politik untuk milenial ini.

Orangtua siswa SD Tarakanita 2 Jakarta ini mengakui banyak milenial ogah ikut-ikutan politik karena males, nggak ngerti, ribet dan juga karena sering liat oknum DPR kalau rapat disorot sedang tidur menganga.

“Menurut saya politik itu suatu pekerjaan yang mulia dan bisa melakukan banyak perubahan karena sebetulnya manusia itu makluk politik,” tandasnya terinspirasi dengan gagasan filsuf perempuan Hannah Arendt yang selalu mengatakan manusia adalah mahluk politik (zoon politikon).

Politikus Rieke Diah Pitaloka Intan Permatasari yang juga akrab disapa Oneng menjadi guru dalam program #DPRMengajar yang dilakukan Yayasan Tarakanita dengan peserta SMA dan SMK secara online bertajuk "Pendidikan Politik untuk Generasi Milenial" pada Jumat, 29 Mei 2020
Politikus Rieke Diah Pitaloka Intan Permatasari yang juga akrab disapa Oneng menjadi guru dalam program #DPRMengajar yang dilakukan Yayasan Tarakanita dengan peserta SMA dan SMK secara online bertajuk “Pendidikan Politik untuk Generasi Milenial” pada Jumat, 29 Mei 2020 (KalderaNews/JS de Britto)

Dalam kehidupan bernegara dan berbangsa itu, tandasnya, bukan sesuatu yang tanpa keputusan politik. Semua adalah hasil keputusan politik. Harga cabe, BBM, biaya sekolah, sekolah aksesnya bagus atau tidak itu juga keputusan politik. BPJS Kesehatan itu juga keputusan politik. Anggaran untuk sekolah di APBN ITU juga keputusan politik.

Oleh sebab itu, baginya politik itu seni mengabadikan diri untuk kepentingan orang bannyak. Ia menganalogikan arti mengabadikan itu kayak foto selfie. Hasil fotonya abadi.

“Dalam politik seharusnya tidak berpikir apa yang terbaik untuk diri sendiri atau kelompok, tetapi harus untuk kepentingan orang banyak,” tandasnya.

Ia pun kembali menegaskan milenial apatis terhadap politik karena pandangan buruk terhadap politik. Kendati demikian, ia berpesan pada para milenial di Tarakanita bahwa kalau mau jadi politisi jangan takut.

“Mau apatis atau tidak apatis itu tentu pilihan masing-masing karena politik tidak memaksakan orang. Tetapi kalau tahu defisini politik dengan baik, tentunya tidak apatis. Ngumpulin bantuan untuk korban bencana alam, untuk para pertugas medis atau berbagi sembako buat ojol itu sebenarnya sudah merupakan aktivitas politik, meski belum sampai pada tataran keputusan politik,” tandasnya.

Lantas berapa usia ideal kalau mau terjun ke politik? Oneng pun menegaskan sebetulnya pendidikan politik itu sejak usia dini, saat ini juga saat masih di usia milenial seperti saat masih SMA atau SMK ini.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*