Ansbach, yang kini sedang menyusun tesis doktoralnya dalam bidang American Studies, kini dua jam dalam sehari mencoba membaca catatan-catatan harian 45 muridnya. Bila dipandang perlu, ia memberi tanggapan atas catatan-catatan tersebut. Jika isi catatan itu dianggapnya terlalu ‘mendung,’ dia meminta guru pembimbing dari sekolah untuk berbicara dengan keluarga mereka.
“Untuk beberapa anak, saya menjadi seseorang yang dapat mereka ajak bicara – dan, dalam beberapa hal, saya mengenal mereka lebih baik daripada jika mereka berada di dalam kelas,” kata Ansbach.
“Apa yang sering mereka tulis sangat menyentuh dan terkadang memilukan,” kata dia.
BACA JUGA:
- 4 Langkah Paling Mudah Buat Akun KIP Kuliah untuk SBMPTN, SBMPN dan Seleksi Mandiri PTN dan PTS
- Lengkapi Berkas KIP Kuliah, Jalur SBMPTN, Mandiri PTN dan PTS Segera Dibuka
- Sempat Ditunda Gegara Corona, Inilah Jadwal dan Aturan Terbaru UTBK dan SBMPTN 2020
- KIP Kuliah Masih Terbuka untuk Mahasiswa Baru Sampai Semester 3, Begini Cara Dapatnya
Steve Politi kemudian dengan izin dari siswa dan keluarga, menyuguhkan sejumlah isi catatan harian tersebut. Isi catatan harian itu ditampilkan apa adanya, kecuali perbaikan ejaan dan tanda baca.
“Catatan-catatan itu mencakup berbagai emosi, ketakutan, frustrasi, kebosanan dan bahkan kemarahan, — dan datang dari siswa dari berbagai latar belakang sosial ekonomi…..kata-kata mereka harus membuka dialog di rumah mana pun dengan seorang remaja yang menavigasi tantangan baru ini,” tulis Steve Politi.
Leave a Reply