JAKARTA, KalderaNews.com – Yayasan Tarakanita yang mengelola sebanyak 58 sekolah yang tersebar di Jakarta, Bengkulu, Lahat, Tangerang, Yogyakarta, Jawa Tengah dan Surabaya berkomitmen menjamin keberlangsungan proses belajar-mengajar seluruh peserta didik saat pandemi Covid-19.
Perhatian khusus dalam pendampingan, terutama untuk peserta didik yang kesulitan akses belajar secara online, entah karena keterbatasan ekonomi atau tidak adanya akses online baik dari sisi perangkat maupun jaringannya, pendampingan tetap diberikan secara offline dengan memperhatikan protokol kesehatan Covid-19.
Karena sejumlah peserta didik Tarakanita tinggal di lereng gunung dengan akses internet yang sulit maka strategi khusus dalam pendampingan pun menghadirkan kegiatan belajar mengajar yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.
BACA JUGA:
- Aurelius Arya Saputra: Tarakanita Gerak Cepat Zero Accident Wabah Covid-19
- Pak Menteri Nasehati Para Siswa SD Tarakanita Bertanggung Jawab dan Mandiri
- Profesi Guru Tidak Akan Hilang, Bambang Brodjonegoro: Karena Human Touch
- Ditanya “Cucu” Gadget Murah untuk Belajar Online, Ini Jawaban Menristek/Kepala BRIN
- SMA Tarakanita Magelang Gali Talenta Milenial Lewat Tarakanita Action Days 2020
- Paduan Suara SMP Tarakanita 1 Jakarta Raih Perak di BICF 2019
- Wakil Ketua KPK Hadiri Seminar Anti Korupsi di STIKS Tarakanita Jakarta Timur
“Proses pendampingan belajar peserta didik di sekolah Tarakanita yang termasuk kategori remote area, misalnya Tarakanita Ngembesan di kaki Gunung Merapi, Sekolah Pendowo Ngablak di kaki Gunung Merbabu dan sekolah Santo Yosef di Lahat, Sumatera Selatan, selama pandemi Covid 19 dilakukan dengan berbagai cara, baik daring maupun luring karena tidak semua peserta didik memiliki fasilitas untuk daring,” tandas Ketua Tim Tarakanita Crisis Center for Covid-19, Aurelius Arya Saputra saat dihubungi KalderaNews.
Ia menjelaskan untuk peserta didik yang tidak memiliki handphone memadai atau meski ada tetapi jaringan internetnya sulit maka ada beberapa cara yang dilakukan pihak Yayasan Tarakanita:
Pertama, guru melayani kontak secara pribadi dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan Covid-19 kepada peserta didik maupun orangtua, baik dengan cara mereka diperkenankan berkunjung ke sekolah (privat) atau guru berkunjung dan menyapa ke rumah peserta didik.
Kedua, peserta didik yang rumahnya berdekatan bertemu dalam kelompok terbatas untuk membahas materi atau penugasan yang diberikan guru melalui peserta didik yang memiliki fasilitas handphone dan internet.
Ketiga, sekolah menyediakan ringkasan materi dan soal yang dapat diambil orangtua atau peserta didik setiap waktu.
Tak hanya dari sisi materi pelajaran, sejumlah sekolah di bawah naungan Yayasan Tarakanita juga menggalang aksi solidaritas mulai dari pemotongan penghasilan secara sukarela untuk didonasikan dalam bentuk sembako kepada keluarga peserta didik yang kurang mampu selama masa pandemi Covid-19.
Bahkan, suster dan pimpinan sekolah terjun langsung melakukan kunjungan dan memberikan bantuan ke rumah orangtua peserta didik yang kurang mampu.
“Yang Lahat juga luar biasa karena guru dan karyawan secara mandiri memotong dari gaji sendiri untuk diberikan dalam bentuk bantuan sembako ke peserta didik,” pungkasnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply