JAKARTA, KalderaNews.com – Sejak kecil Rachel Sarah Wiradharma sudah tertarik untuk sekolah ke luar negeri karena cerita pengalaman kedua orangtuanya yang kuliah dan tinggal di luar negeri.
“Kedua orangtua saya alumnus dari University of Kansas dan saya lahir pada saat mereka berada di sana,” terang peserta didik peraih Top in World IGCSE Math October/November 2017 dan Top in Indonesia AS Accounting October/November 2018 dari Penabur Secondary Tanjung Duren (PSTD).
Dalam benak pikirannya pun lantas terpatri kalau kuliah ke luar negeri wawasannya akan bertambah semakin luas dan lebih mengenal dunia luar, budaya-budaya negara lain dan mempunyai teman-teman dari segala penjuru dunia.
BACA JUGA:
- Amazing! Begitu Lulus, Siswi SMA ini Langsung Dapat Beasiswa ke Florida
- Keren Nih, Kania Khairunissa, Siswi SMA Islam Al-Azhar BSD Lolos Seleksi di 5 Universitas Australia
- Gokil Abis, Siswi PENABUR ini Dapat Beasiswa Penuh Hingga Master di University of Oxford
- Yuk Ikuti Jejak Kezia dari PENABUR, Beasiswa S1 Full di Oxford dan Cambridge ini Tutup 21 Oktober 2019
- Lagi, Siswa PENABUR Dapat Beasiswa ke Luar Negeri, Kali ini ke NTU Singapura
- Lulus SMA Mau Kuliah ke Luar Negeri, Albert Johansen Lay: Giat Belajar dan Skill Writing Inggris
Sejak memiliki keinginan itu, ia pun memilih sekolah dengan kurikulum internasional supaya berbahasa Inggris dengan lancar. Ia sekolah di SMPK 8 PENABUR dan SMAK 8 PENABUR di Jakarta atau akrab juga disebut dengan Penabur Secondary Tanjung Duren (PSTD) yang menerapkan kurikulum Cambridge.
Ia mengaku Penabur Secondary Tanjung Duren (PSTD) telah membantunya di bidang akademis. Ia benar-benar dilatih untuk belajar dengan giat dan disiplin untuk persiapan Cambridge Examinations.
“Sekolah juga memberikan pelajaran TOEFL dan IELTS yang diperlukan untuk persyaratan masuk kuliah pada hampir semua universitas di Amerika Serikat dan Kanada. Saya juga mengambil kursus untuk mengambil SAT. Membagi waktu untuk persiapan A level Cambridge dan SAT tidaklah mudah dan sangat melelahkan,” akunya pada KalderaNews.
Semangatnya pun membuahkan hasil. Ia mendapatkan dari 3 universitas di luar negeri, yakni University of Kansas dan Indiana University at Bloomington di USA dan University of British Columbia di Kanada.
“Beasiswa yang saya dapatkan tidak memerlukan aplikasi terpisah dari aplikasi pendaftaran, namun saya harus mengirimkan aplikasi yang telah lengkap lebih awal agar dapat dipertimbangkan untuk beasiswa,” kisah gadis remaja kelahiran 3 April 2002 itu.
Dalam aplikasi-aplikasi tersebut ia memang harus membuat beberapa essay dan menjawab pertanyaan pendek yang berbeda-beda untuk tiap universitas.
“Tantangan terberat pada saat membuat essay tersebut adalah bagaimana meyakinkan mereka untuk menerima saya. Bukan hanya nilai akademis yang dilihat, namun aktif berpartisipasi dalam acara-acara di luar pelajaran sekolah, seperti mengikuti OSIS, community service, atau di gereja,” terang peserta didik yang punya hobi membaca buku dan menggambar tersebut.
Ia mengaku menghabiskan waktu cukup lama untuk menyelesaikan aplikasi-aplikasi pendaftaran karena benar-benar harus berpikir apa yang ingin dituliskan agar pihak universitas mengenal dirinya dan kelebihan-kelebihannnya. Selain itu, ia juga perlu meminta surat rekomendasi dari beberapa guru sekolah.”
“Kira-kira 2 minggu setelah mendapat kabar bahwa saya diterima di universitas-universitas tersebut, saya mendapat email mengenai beasiswa. Saya mendapat Dean’s Scholarship dari Indiana University, KU Excellence Scholarship dari University of Kansas dan Outstanding International Student Award dari University of British Columbia. Jumlah beasiswa yang diberikan berbeda-beda dari setiap universitas.”
Kampus-kampus tersebut merupakan universitas yang mempunyai ranking yang tinggi di dunia. Ia mencoba mendaftar ke sana karena ingin mendapatkan pendidikan yang terbaik.
University of Business Columbia merupakan salah satu universitas terbaik di Kanada dan University of Indiana mempunyai salah satu program bisnis terbaik di Amerika. Sementara itu, University of Kansas adalah kampus almamater kedua orangtuanya. Rencananya, Rachel, begitu sapaan akrabnya, akan kuliah di jurusan business di salah satu dari 3 kampus tersebut. Saat ini ia masih dalam proses memilih kampus yang terbaik baginya.
“Di sekolah SMAK 8 dan SMPK 8 (Penabur Secondary Tanjung Duren-PSTD-red), kami sudah diajarkan pelajaran-pelajaran seperti ekonomi dan akuntansi dari kelas 7. Dibandingkan dengan nilai-nilai IPA saya, nilai ekonomi dan akuntansi saya lebih bagus, dan saya juga lebih tertarik kepada dunia business dibandingkan IPA. Maka untuk mendalami pengetahuan tentang business, saya ingin melanjutkan kuliah saya di salah satu universitas terbaik di dunia tersebut,” tegas penyuka pelajaran matematika tersebut
Nah, bagi para milenial yang ingin kuliah luar negeri dengan beasiswa, Rachel memberikan 2 tip yang wajib disimak baik-baik:
Pertama dan terpenting, persiapan untuk mengambil beasiswa harus dimulai dari jauh hari. Jadi jangan ragu untuk bertanya sejak dini kepada universitas yang diminati apakah ada program beasiswa yang bisa kita dapatkan, apa saja persyaratannya dan kapan waktu terakhir kita memasukkan bea siswa tersebut. Mungkin ada banyak test (seperti TOEFL, SAT, dan lain lain) yang harus diambil sebagai persyaratan.
Kedua, nilai sekolah dan partisipasi dalam aktivitas non-akademis juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Pemberi beasiswa biasanya sangat tertarik untuk mengetahui hal-hal apa saja yang setiap siswa lakukan di luar pekerjaan sekolah. Mereka hendak mengerti lebih jauh mengenai kita sebagai manusia dan bukan hanya sebagai pelajar. Karenanya kemampuan untuk membagi waktu (time management) sangat penting supaya bisa menyeimbangkan seluruh kegiatan belajar dengan kegiatan ekstrakurikular (seperti OSIS atau Komite Sekolah), kegiatan gerejawi dan kegiatan sosial lainnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply