Pastoralisme Kota Kecil dalam Lagu-lagu Didi Kempot

Sharing for Empowerment

Pastoralisme kota kecil itu, menurut Herbert J. Gats, ditemukan dalam surat kabar-surat kabar kecil di kota-kota kecil di AS. Suaranya barangkali lirih. Tak bisa dibandingkan dengan media arus utama berskala nasional yang dihela oleh teknologi canggih dengan modal besar. Namun media-media di kota kecil itu tetap dibutuhkan. Suaranya yang lirih adalah jeritan hati universal yang memerlukan ruang untuk diperdengarkan.

Lagu-lagu ciptaan Didi Kempot sedikit banyak membawakan peran pastoralisme kota kecil ini. Disadarinya atau tidak, jeritan kekecewaan dan patah hati dalam lagu-lagunya adalah cermin kerinduan banyak orang terhadap nilai-nilai tradisional yang akrab, tentang cinta yang sederhana, tentang keindahan pada hal-hal yang kecil, yang semakin hilang dan tersingkir ketika mesin perubahan melenyapkannya.
Sesungguhnya ini adalah sebuah ironi bagi jurnalisme. Sang maestro, Lord Didi, tanpa ia sadari mengambil alih peran menyuarakan nilai-nilai pastoralisme kota kecil itu, ketika media dan para wartawan tak lagi berselera mengembannya. Dan kita pun merasa senang tatkala dibuainya ke “Stasiun Balapan,” lalu singgah di “Terminal Tirtonadi”, meneguk “Kopi Lampung”, menikmati “Ademe Kutho Malang.”




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*