Di Pulau Komodo, 8 Siswa SMP Terpaksa Pakai Satu Ponsel Pinjaman Beramai-ramai Kerjakan Tugas Sekolah

Ilustrasi: anak-anak di Pulau Komodo. (Rahmat Hadi/Kompasiana)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com — Kebijakan pemerintah untuk mengharuskan proses belajar di rumah di masa pandemi semakin mempertegas kesenjangan digital di kalangan siswa saat pendidikan semakin tergantung pada teknologi informasi dan digital.

Salah satu bukti adalah yang terjadi di Pulau Komodo, dimana siswa sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP) terpaksa meminjam telepon selular seorang ayah untuk dipakai berdelapan menyelesaikan pekerjaan sekolah dari rumah. Hal ini tidak terbayangkan oleh kebanyakan siswa yang tinggal di Jakarta dan di kota-kota besar lainnya. Bahkan juga mungkin tak sempat terlintas di pikiran Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, yang pada acara telekonferensi 2 Mei lalu mengaku kaget luar biasa bahwa masih ada wilayah di Indonesia yang tidak ada sinyal TV dan tidak mendapat aliran listrik.

Indriyani Safitri siswi berusia 13 tahun, sejak akhir Maret lalu belajar di rumah bersama dengan tujuh rekannya dengan menggunakan ponsel ayahnya. “Saya meminjam ponsel ayah karena teman-teman saya tidak punya. Kami menggunakannya bersama,” kata siswa SMP itu kepada The Straits Times melalui telepon.

Untuk mendapatkan sinyal internet juga bukan perkara mudah. Kadang-kadang dia harus berjalan 100 hingga 200 meter dari rumahnya untuk mendapatkan sinyal. Namun yang paling mengganggunya adalah ketiadaan kehadiran guru, yang saat ini harus memberikan tugas-tugas sekolah kepada murid-murid via WhatsApp.

BACA JUGA:

“Belajar di sekolah itu lebih baik. Kita bisa langsung bertanya pada guru ketika kita tidak mengerti,” kata Indriyani, seperti dilaporan oleh artikel pada The Straits Times yang ditulis oleh Linda Yulisman.

Ayahnya, Ramang Fatahullah, 42, dengan menyesal mengatakan tidak selalu dapat membantu putrinya dalam belajar.

Sangat sulit untuk mengajar putri saya karena materi (pelajaran )nya sulit,” kata dia.

Ayah tiga anak ini juga memiliki masalah lain. Ia mengatakan biaya koneksi internet menjadi kurang terjangkau untuknya akhir-akhir ini.

“Dengan pandemi, semua pekerjaan pariwisata hilang,” kata Ramang, yang sehari-hari bekerja sebagai pemandu wisata di pulau yang terkenal sebagai tempat komodo.

Tidak hanya di Pulau Komodo masalah seperti ini ditemukan. Di Pulau Rupat, Kepulauan Riau, Ragina yang berusia sembilan tahun terpaksa menggunakan smartphone kerabatnya untuk menerima dan mengirim tugas sekolahnya. Ini karena akses internet keluarga terbatas dan koneksi terputus-putus, kata Ibu Erna, 37, ibunda dari Ragina.

Terkadang, Ragina dan ibunya naik sepeda motor untuk menyerahkan tugas kepada guru di rumahnya.


* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*