JAKARTA, KalderaNews.com – Setelah sekian tahun (sejak 2013) mencari beasiswa mulai dari beasiswa ke Belanda, Prancis, UK, Jerman yang semuanya gagal, akhirnya kabar menggembirakan diterima Rulli Rizki pada 2017. Ia berhasil mendapatkan New Zealand ASEAN Scholarship yang kini berganti nama menjadi New Zealand Scholarship (NZS).
Ia mencari beasiswa dari tahun 2013. Waktu itu ia berpikiran, karena sudah bekerja lebih dari 10 tahun dari 2005 setelah lulus dari Universitas Trisakti, pingin break dari kerja tetapi tetap dibayar. Salah satunya cari beasiswa.
“Saya cari beasiswa ke Belanda, Prancis, UK, Jerman hampir semuanya gagal, tapi saya berpikiran kegagalan itu adalah keberhasilan yang tertunda. Jadi, saya tetep semangat untuk mencari. Akhirnya di 2017 saya keterima beasiswa NZS ini. Dulu namanya bukan New Zealand Scholarship (NZS), tetapi New Zealand ASEAN Scholarship,” kenangnya saat berbincang dengan KalderaNews.
BACA JUGA:
- Dr. Ir. Antonius Tanan MBA, MSc, MA: Orangtua Adalah Guru Pertama, Guru Utama dan Guru Paling Lama
- Indy Hardono: Beasiswa ke Belanda Sangat Terbuka untuk Disabilitas
- EDUTALK: Pandemi Corona, Pelajar Indonesia di Belanda Pulang. Gimana Nasib Kuliahnya?
- Buat yang Males Baca, Nih Kiat Sukses Membuat Motivation Letter untuk Beasiswa ke Luar Negeri
- Saat Anak Mulai Bosan dan Jenuh Belajar di Rumah, Lakukan 7 Tips Berikut Ini
Kenapa memilih New Zealand? Ternyata karena salah satu novel kesukaannya adalah Lord of the Ring. Ia pingin datang ke tempat dimana Lord of the Ring dibikin. Ketika dengar New Zealand (Selandia Baru), ia selalu ingat Lord of the Ring.
Informasi beasiswa ke New Zealand ini didapatkannya saat dirinya bekerja di The ASEAN Secretariat. Meski bekerja di tempat itu, ia submit individual bukan sebagai staf ASEAN Secretariat.
“Saya dapat info diterima saat kena macet di tol dalam kota. Saya dapat email yang isinya dinyatakan lulus dan dapat beasiswa. Saya teriak sekuat-kuatnya di dalam mobil saking saya tidak percaya. Karena waktu interview kurang maksimal,” imbuh dosen di London School of Public Relations (LSPR) Jakarta ini.
Kendati sudah diterima, ternyata belum final. Ia keterima sebagai kandidat penerima beasiswa, tapi waktu itu belum punya IELTS maka ia dikirim ke Surabaya untuk punya nilai IELST yang mencukupi
“Di situ perjuangan saya belum selesai. 6 bulan saya di Surabaya. IELST adalah step terakhir. Saya bekerja keras untuk dapat IELTS yang terbaik. Akhirnya ia berhasil dan lolos untuk kuliah di The University of Auckland dengan beasiswa NZS.
Ia pun berbagi tips dalam melamar beasiswa yakni melakukan riset informasi. Untungnya, sekarang lebih gampang karena bisa googling. Selanjutnya, membuat esai atau motivation letter yang bagus
“Inti melamar beasiswa yaitu memberikan yang beda dari yang lain karena yang daftar beasiswa itu banyak. Dengan punya ciri khas tersendiri ketika kita menulis esai, itu bisa menjadi poin plus,” pungkas penulis disertasi berjudul The Potential Impact on Indonesia of the Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). (JS)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply