Ranking Universitas di Rusia Jeblok, Bukan Berarti Tidak Berkualitas

Sharing for Empowerment

BACA JUGA:

“Kalau kita studi eksakta, memilih negara nggak terlalu penting, karena yang dipelajari sama. Misalkan belajar teori grafitasi, yang namanya apel itu pasti jatuh selalu ke bawah. Mau di Zimbabwe, Amerika, China atau Jepang, bunyinya sama,” tandas Alumnus S1 Politik dan Pemerintahan di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini.

Tapi beda halnya dengan ilmu sosial. Memilih negara itu menjadi sangat penting. Pertanyaan yang sama, jawabannya bisa sangat berbeda.

“Misalkan pertanyaan bagaimana negara menyejahterakan rakyatnya. Nah itu, China, Jerman, negara-negara Skandinavia, Amerika, India, Singapura, pasti punya jawaban yang berbeda. Oleh sebab itu, memilih negara itu penting karena apa yang diajarkan di suatu negara, cenderung sama dengan yang dipraktekkan di negara itu.”

Ketika ia memutuskan studi di Rusia pun punya alasan yang rasional. Berkaca dari data mahasiswa Indonesia di luar negeri yang mencapai 80-90 ribu orang dengan rincian Australia: 20 ribu, Amerika: 14-15 ribu, Eropa: 3 ribuan dan Rusia baru 300-350 orang. Rusia masih sangat sedikit dan ia justru melihatnya sebagai peluang.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*