Tidak bisa disalahkan bila banyak redaktur menolak dan mencoret tulisan dengan kalimat tanya sebagai judul maupun kalimat pembuka. Beberapa media bahkan membuat larangan membuat kalimat tanya sebagai judul. Menulis dengan question lead dipandang sebagai cermin kemalasan untuk mencari judul.
Para redaktur yang ‘anti’ question lead selalu mengemukakan alasan bahwa , tugas jurnalisme adalah memberikan jawaban, bukan melontarkan pertanyaan. Karena itu untuk apa bertanya. Pembaca justru membutuhkan jawaban.
Demikian antinya banyak redaktur pada question lead, sampai-sampai ia ‘diharamkan. Sama sekali tidak boleh dipergunakan,
BACA JUGA:
- Jangan Terlena Hingga 29 Mei 2020, 172 Pasien Positif Corona, 9 Sembuh, 5 Meninggal
- Duh Salah Tulis “Imbau, Imbauan, Mengimbau” Kok “Himbau, Himbauan, Menghimbau” Sih
- Waspada, Puncaknya Masih Mei 2020, Update Corona: 134 Pasien Positif, 8 Sembuh, 5 Meninggal
- Waspada! Puncak Persebaran Virus Corona di Indonesia Mei 2020
- Yuk Simak Tips Belajar Mandiri Secara Online Untuk Cegah Penyebaran Covid-19
- Biar Kreatif Guru Kini Dirangsang dengan POP Kategori Gajah, Macan, dan Kijang
Tentu larangan semacam ini sebuah kebablasan. Banyak sekali tulisan, buku, novel, yang sangat digemari justru karena judulnya yang bernada tanya. Kita juga akan dengan mudah menemukan tulisan-tulisan hebat yang dimulai dengan kalimat tanya. Di kancah lagu-lagu populer, kita mengenal “Entah Apa yang Merasukimu,” sebagai kalimat tanya yang dijadikan sebagai judul lagu yang sangat digemari saat ini, Kalimat tanya itu menjadi lebih terkenal daripada judul asli lagu tersebut.
Leave a Reply