Seperti halnya aset di dunia keuangan yang dapat ‘mati suri’, terbengkalai dan menganggur sehingga tidak produktif, kata-kata dalam perbendaharaan kata penulis juga sering memerlukan revitalisasi. Di dalam perbendaharaan kata setiap penulis, ada kata yang sering dipergunakan namun tidak sedikit pula kata yang jarang bahkan tidak pernah dipergunakan. Ada kata dikuasai secara aktif namun ada juga yang hanya dikuasai secara pasif. Bila diperluas ke dalam konteks bahasa, kita mengenal istilah menguasai bahasa secara aktif dan menguasai bahasa secara pasif.
BACA JUGA:
- Tiap Pagi SDK PENABUR Bintaro Jaya Cegah Penyebaran Virus Corona
- Cegah Penyebaran Virus Corona, Gedung Perkantoran di Sudirman Dilengkapi Alat Thermo Scanner
- Mendadak Corona, Empat Kampus di Bandung Larang Mahasiswa dan Dosen ke Luar Negeri
- Gara-gara Masker Mahal, Pelajar SMK Bertopeng Mendadak Viral
Idealnya, seorang penulis menguasai secara aktif semua kata yang ada dalam perbendaharaan katanya. Semakin ia menguasainya secara aktif, semakin mudah ia mempergunakannya dan berkreasi dengannya. Orang yang memiliki perbendaharaan kata aktif dalam jumlah besar, akan dengan lincah berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kata demi kata mengalir dengan mudah dalam percakapan dan tulisannya.
Pidato dan tulisan yang baik sering kali lahir oleh kekayaan kata yang dipakai. Pidato dan tulisan yang demikian, bukan saja dapat menciptakan idiom baru, tetapi juga mampu menemukan makna yang lebih tajam dengan mengangkat kata-kata lama yang sudah sangat jarang dipakai. Kata-kata yang telah lama tidak dipergunakan, tatkala dibangkitkan kembali dalam konteks yang tepat, memberikan makna yang lebih segar dan lebih tajam. Inilah yang dimaksud dengan revitalisasi kata.
Leave a Reply