JAKARTA, KalderaNews.com – Kasus bullying terus mencoreng wajah dunia pendidikan di Indonesia. Kasus bullying (penindasan, perundungan, perisakan, atau pengintimidasian) viral dan terus bermunculan di berbagai daerah di Indonesia.
Beberapa aksi bullying yang hangat terjadi dilakukan oleh tiga siswa terhadap seorang siswi SMP di Purworejo. Siswi tersebut dipukul kepalanya hingga ditendang oleh teman sekelasnya. Ada pula 2 kakak kelas Sekolah Seminari Maria Bunda Segala Bangsa di Maumere Ibu Kota Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang meminta 77 siswa SMP makan kotoran manusia atau fases.
Selanjutnya, kasus bullying yang menyebabkan seorang siswa SMP Negeri di Kota Malang harus diamputasi jarinya, NA (11) siswi madrasah ibtidaiyah (MI) yang diduga menjadi korban perundungan (bullying) di Kecamatan Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat meninggal dunia pada Kamis 30 Januari 2020 hingga siswa SMP yang justru membully gurunya di sebuah sekolah di Cilincing, Jakarta Utara.
BACA JUGA:
- Pameo Sekolah PENABUR Mahal
- BPK PENABUR Jakarta Bangun Pusat Pendidikan dan Pelatihan Guru
- Batik Carnival PENABUR: Kekuatan Budaya Anak Indonesia
- 425 Siswa dari 17 SMP PENABUR Jakarta SPIRIT of Adventure di Ngalam
- Inilah Profil Lengkap Claudia Emanuela Santoso, Alumni PENABUR yang Moncer di Jerman
- Citraloka Nusantara PENABUR Tingkatkan Rasa Nasionalisme
- PENABUR International Choir Festival (PICF) 2019 Diikuti 152 Tim Paduan Suara dari 5 Negara
Kasus bullying terus bermunculan dan viral. KPAI saja mencatat dalam kurun waktu 9 tahun, dari 2011 sampai 2019, ada 37.381 pengaduan kekerasan terhadap anak. Untuk kasus bullying baik di pendidikan maupun sosial media, angkanya mencapai 2.473 laporan. Tren kasus bullying terus meningkat.
Mengudar persoalan bullying ini tidak mudah karena cukup kompleks dan sejatinya melibatkan interaksi antara faktor-faktor bawaan, cara pengasuhan orangtua, pengaruh norma-norma yang diinternalisasi hingga keadaan lingkungan sehingga tak sesederhana seperti yang dipikirkan.
Namun, faktor yang lebih dominan tentunya adalah lingkungan. Karena itu, perisakan lebih mungkin terjadi, ketika lingkungan melakukan pembiaran dan jenis perisakan seperti inilah yang kerap terjadi di sekolah.
Pun perisakan itu sendiri bukanlah konflik antara dua orang, melainkan proses kelompok karena itu pelaku perisakan sangat jarang melakukan aksinya tanpa penonton, karena rasa berkuasa adalah sesuatu yang dia inginkan.
Lantas seperti apa mengantisipasi kasus bullying terjadi di sekolah-sekolah yang diasuhnya? Ketua BPK PENABUR Jakarta, Ir. Antono Yuwono pada KalderaNews menegaskan BPK PENABUR Jakarta selalu mengevaluasi dan membuat program dan sekarang-sekarang ini sedang menyempurnakannya, yaitu dengan metode evaluasi (monitoring).
“Dasar pendidikan Kristiani yang kita tanamkan PKBN2K (Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kristiani). Kita selalu evaluasi (monitoring). Kita lihat apakah karakter-karakter yang kita tanamkan berhasil atau tidak.”
Misalnya kebiasaan anak dalam hal bullying, tuturnya, BPK PENABUR Jakarta tidak menganggap ini sebagai hal sepele. BPK PENABUR Jakarta mengatisipasinya dengan berbagai kegiatan yang bisa mengakanalisasi energi siswa dalam kegiatan dan aktivitas positif.
“Kita cari beberapa pemicunya atau letupannya seperti apa. Misalnya, kalau di pabrik itu kecelakaannya keliatan tuh gara-gara ini atau gara-gara itu. Kita cari itu sehingga kita bisa mencoba memberikan solusi untuk memperbaiki,” tandasnya.
Tentunya kegiatan seperti melukis dan pentas seni sangat membantu. Banyak hal yang tadinya dilakukan di waktu iseng (termasuk bullying) oleh peserta didik, itu bisa jadi karena kebanyakan energi yang tak tersalurkan dengan tepat.
“Anak-anak tentunya banyak energi. Nggak punya cara untuk mengeluarkan energi kreatifnya sehingga menjadi bullying dan sebagainya,” tandasnya.
Karena itulah, memiliki banyak kegiatan yang bisa dijadikan saluran energi kreatif. Kanal-kanal kegiatan ini efektif dalam menyalurkan energi lebih peserta didik.
“Kegiatan kita banyak bukan cuma lukisan, drama musikal, tapi ada juga olahraga, lomba catur hingga festival paduan suara. Jadi, kita mempunyai banyak kemasan yang bisa dipakai oleh anak-anak untuk menyalurkan aspirasi kreatifnya,” pungkasnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply