JAKARTA, KalderaNews.com – Ketua Tim Pelaksana Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional alias Dewan TIK Nasional, Ilham Akbar Habibie mengatakan bahwa di masa depan untuk menjawab perkembangan teknologi yang kian pesat, diperlukan literasi teknologi. “Kemampuan literasi teknologi ini wajib dimiliki para guru,” tegas Ilham.
BACA JUGA:
- Ketika 20 Mahasiswa Korea Belajar di Rusunawa Muara Baru
- Forum Doktor Multidisiplin (FDM) Desak Omnibus Law Dipercepat
- Hal-hal Ini Penting Disiapkan Mahasiswa di Era Disrupsi
- PHBS, Cara Sekolah dan Orangtua Cegah Penyebaran Virus Corona
- 3 Trik bagi Orangtua dalam Mendampingi Generasi Gilenial
Hal itu ia sampaikan ketika menjadi pembicara dalam 2nd Indonesia Edutech 2020 yang digelar di Jakarta, 6-9 Februari 2020. Literasi teknologi, lanjutnya, dibutuhkan lantaran dunia sudah berubah. “Menurut saya, di masa mendatang perlu ada penambahan literasi teknologi. Misal, kita semua harus belajar coding, belajar mengerti komputer, belajar 3D printer, serta yang lain,” papar putra sulung Presiden RI ketiga, BJ. Habibie ini.
Ilham menerangkan bahwa dengan belajar coding bukan berarti menjadi seorang programmer. Literasi teknologi ini sama dengan literasi pada umumnya, seperti membaca, memahami, dan bertutur dengan baik. Bisa membaca dan bertutur dengan baik belum tentu menekuni profesi pembaca berita di televisi.
“Itu satu hal yang fundamental yang harus kita punyai untuk mengerti dunia ini. Banyak hal fundamental yang perlu kita ketahui. Kalau harus memahami coding, bukan menjadi seorang programmer,” ujar pria jebolan Universitas Munich, Jerman ini.
Nah, jika guru memiliki kemampuan literasi teknologi tersebut, kata Ilham, akan menyokong guru tersebut untuk membantu siswa mencapai tujuan. Apalagi, di era kekinian, para siswa sudah sangat akrab dengan teknologi. “Masak guru kalah mengerti dengan siswanya. Maka, paling tidak guru memahami hal-hal yang fundamental dari sebuah perkembangan teknologi,” jelas Ilham.
Guru Masih Gaptek
Sementara, Plt. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gogot Suharwoto mengatakan, saat ini teknologi masih sulit masuk di ruang-ruang kelas untuk mendukung pembelajaran. Salah satu penyebabnya adalah masih rendahnya kompetensi guru dalam hal teknologi informasi dan komunikasi.
Gogot menyebut, jumlah guru yang akrab dengan teknologi tak sampai 50 persen dari total guru yang ada. Itu terlihat dari pemetaan terbaru yang dilakukan. Ada guru yang baru mengenal teknologi informasi. Ada yang sudah mampu mengoperasikan dan mengaplikasikan. Ada yang sudah mulai membatu konten sendiri dengan memanfaatkan teknologi. Ada pula guru yang sudah menjadi trainer bagi bagi guru yang lain. (yp)
Leave a Reply