JAKARTA, KalderaNews.com – Pada Januari ini terjadi peristiwa hujan meteor yang dinamakan hujan meteor Quadrantid, di mana fenomena ini berlangsung sejak 12 Desember 2019 lalu dan berakhir pada tanggal 12 Januari 2020, dengan puncaknya yang berlangsung pada 4 Januari 2020.
Dikutip dari laman resmi Lapan, radiant hujan meteor ini berada di konstelasi Bootes dan dari daerah Jawa Barat dan sekitarnya hujan meteor ini akan tampak sekitar dini hari (setelah pukul 02:46 WIB) setelah rasi Bootes ini terbit di ufuk timur dan tampak terus sampai Matahari terbit sekitar pukul 05:21 WIB.
Dalam keadaan ideal (malam tak berawan dan gelap sepenuhnya), hujan meteor ini akan menampilkan sekitar 120 meteor setiap jamnya. Akan tetapi, ini kecil sekali kemungkinannya untuk dicapai di Indonesia bagian barat karena bulan Januari adalah bulan musim penghujan sehingga langit yang cerah di malam hari sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi. Masalah lain adalah bahwa radiant hujan meteor ini berada pada ketinggian 22 derajat dari horison, sehingga cahaya kota bisa mengaburkan cahaya lintasan meteor.
BACA JUGA:
- 26 Desember Gerhana Matahari Cincin, Inilah Wilayah yang Dilewati
- Waspadai, Predator dengan Zat Kimia Feromon Ini!
- Kelebihan Sistem Pemantau Hujan Bernama Santanu
- Inilah 4 Jenis Penyakit yang Menyerang Otak Manusia
- Paling Lambat 2040 Indonesia Sudah Miliki Wahana Antariksa di Papua
Lantas apa sih sebenarnya hujan meteor ini? Nah, kalau kita melihat ke langit pada malam yang cerah tidak berawan dan keadaannya cukup gelap (tidak ada cahaya Bulan), kadang-kadang kita akan melihat cahaya yang melintas di langit.
Lintasan cahaya itu adalah yang disebut sebagai meteor yang muncul akibat adanya gesekan antara atmosfer Bumi dengan meteoroid yang datang dari luar atmosfer Bumi. Gesekan ini mengakibatkan panas yang menghancurkan meteoroid tersebut dan menghasilkan panas dan cahaya yang muncul dalam bentuk lintasan di langit.
Peristiwa ini bisa muncul kapan saja dan datang dari daerah mana saja di langit. Biasanya peristiwa terbakarnya meteoroid ini berlangsung pada ketinggian 70-100 km dari permukaan Bumi.
Akan tetapi, kadang-kadang ada satu masa di mana peristiwa munculnya meteor ini berlangsung lebih sering dari biasanya dan biasanya lintasan itu tampak seperti muncul dari satu daerah tertentu di langit. Peristiwa inilah yang kemudian dinamakan hujan meteor.
Peristiwa ini dinamakan hujan meteor karena dari satu titik ini tampak muncul berkali-kali lintasan cahaya meteor, dan selanjutnya titik ini diberi nama radiant. Untuk memudahkan identifikasi pada peristiwa hujan meteor ini, titik radiant ini kemudian dikaitkan dengan rasi/konstelasi yang terdekat dengan titik tersebut. (ML)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply