SEMARANG, KalderaNews.com – Indonesia memiliki 43 politeknik negeri dan sekitar 200 politeknik swasta. Kualitasnya sendiri sangat beragam. Ada yang sudah baik, tapi banyak juga yang memerlukan perhatian.
“Kita ingin alumni politeknik mampu bersaing secara global. Untuk itu, kita semua harus bekerja sama dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas politeknik di tanah air,” tegas Direktur Pembelajaran, Ditjen Belmawa, Kemendikbud, Paristiyanti Nurwardani di acara Seminar Nasional Diseminasi PEDP Successs Story, Politeknik Negeri Semarang, 19-21 November 2019.
Salah satu isu yang penting dibahas dalam seminar ini ialah mengenai mengenai Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL). Program ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat yang sudah bekerja untuk belajar di perguruan tinggi.
BACA JUGA:
- Inilah Daftar Perguruan Tinggi dengan Kinerja Penelitian Terbaik
- Yuk Nikmati Kekayaan Budaya Papua di Sarinah
- SDK PENABUR Bintaro Jaya Kedepankan 70 Persen Pendidikan Karakter
- Batik Carnival PENABUR: Kekuatan Budaya Anak Indonesia
- Implementasi Liberal Arts di UPH Dipamerkan di Hong Kong
Pada pelaksanannya, program RPL lebih diminati untuk menjaring dosen Politeknik dari tenaga yang sudah ahli dalam industri. Hal ini penting dilakukan karena kondisi saat ini, 40% dosen dari Politeknik pertama di Indonesia yang dibangun pada 1980 akan segera memasuki masa pensiun.
RPL juga mendorong perubahan budaya pendidikan di Politeknik yang semula berbasis akademik menjadi vokasional yang membutuhkan banyak dosen yang telah profesional dalam sektor industri. Namun, kondisinya sebagian besar tenaga ahli dari industri belum memiliki gelar magister. RPL menjadi solusi untuk merekognisi profesionalitas menjadi gelar akademik sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
Selain itu, di era revolusi industri 4.0 Politeknik juga didorong untuk mengembangkan teknologi informasi, digital, dan automotisasi. Untuk mendukung pencapaian tersebut, PEDP mengembangkan Financial Technology (Fintech).
Indonesia sebagai pengguna internet dan konsumen besar dunia, tentu seharusnya memiliki peluang untuk memanfaatkan Fintech ini. Politekik diharapkan mampu merespon perkembangan teknologi finansial ini dengan menghadirkan kurikulum dan pengajar mumpuni, agar lulusannya terampil saat terjun di dunia industri. (ML)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply