3 Tahun Cari Beasiswa, Maria Goreti Ika Riana: Tahun Ke-3 Baru Berhasil

Alumni StuNed Maria Goreti Ika Riana
Alumni StuNed Maria Goreti Ika Riana (KalderaNews/JS de britto)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Gagal mendapatkan beasiswa bukan akhir segalanya. Apalagi, kalau kalian masih muda begitu. Masih banyak kesempatan yang terbuka lebar. Mumpung masih banyak kesempatan, buru lah beasiswa yang kalian inginkan hingga dapat tanpa kenal lelah.

Maria Goreti Ika Riana, penerima beasiswa StuNed 2019 ini saja mengaku 3 tahun mengejar beasiswa, baru di tahun ke-3 berhasil mendapatkannya. Lalu apa kunci keberhasilannya?

“Untuk mengejar ilmu sampai Negeri Belanda. Jangan pernah menyerah. Saya sendiri 3 tahun mengejar beasiswa. Tiap tahun saya gagal dan baru tahun ketiga saya bisa berhasil. Banyak sekali tantangan di situ karena memang sangat kompetitif. Jangan pernah menyerah dan tetap semangat,” pesannya saat berbicara dengan Kalderanews.

BACA JUGA:

Saat gagal mendapatkan beasiswa, ia lantas mencoba berkomunikasi dengan alumni dan orang yang pernah kuliah di luar dengan beasiswa, memperbaiki motivation letter, dan memperbaiki CV agar terlihat lebih bagus.

Alumni StuNed yang saat ini bekerja sebagai Program Manager di Palang Merah Internasional (PMI) ini mengaku kalau ilmu yang selama ini didapatkan saat kuliah di Belanda memang sangat berguna.

“Saya merasa terbantu dengan apa yang saya pelajari. Sangat membantu profesional saya yaitu bagaimana melakukan riset dan memanage sebuah program. Tentu saja sangat berguna untuk karir saya saat ini yang bekerja di bidang kemanusiaan,” tegas lulusan S-2 Humanitarian Action di University of Groningen tersebut.

Alumni Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta ini pun berbagi pengalamannya saat studi di Belanda.

Untuk apply ke StuNed, tentu saja ia sudah harus diterima di University of Groningen yang dibuktikan dengan admission letter.

Selanjutnya untuk apply StuNed ia pun mengontak alumni StuNed untuk mendapatkan trik dan tips applynya.

“Tentu saja banyak syarat-syaratnya. Yang paling susah waktu itu membuat motivation letter yang menarik dan berbeda dari yang lain,” aku perempuan yang sebelum ambil StuNed sudah bekerja di Palang Merah Internasional yang berbasis di Indonesia, khususnya yang beroperasi di wilayah Aceh dan Yogyakarta.

Soal pengalaman, ia mengatakan kalau ditanya yang paling berkesan tentunya banyak sekali karena culturenya memang berbeda dan makanannya juga berbeda. Untungnya di Belanda banyak toko-toko Indonesia. Jadi, gampang untuk mendapatkan nasi dan lauk-pauk.

“Untuk cuaca saya tidak tahan dingin. Saat winter ada salju sehingga sangat berat untuk pergi ke sekolah atau pergi kuliah ketika cuaca dingin sekali.”

Selanjutnya, untuk berkompetisi dengan teman-teman internasional tentu sangat menantang sekali karena mereka orang-orang yang kritis dan suka berdiskusi.

“Saya harus membiasakan diri untuk berpikir kritis yang sejak dari Indonesia belum terasah. Alhasil, apa yang saya pelajari di Belanda itu sangat mendukung pekerjaan saya sekarang,” pungkasnya. (JS)

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*