JAKARTA, KalderaNews.com – Tiga warga Amerika Serikat, Abhijit Banerjee, Esther Duflo, dan Michael Kremer telah ditetapkan menjadi penerima hadiah Nobel bidang ekonomi tahun ini, atas penelitian terkait kemiskinan global. Ketiga ekonom ini fokus pada isu-isu yang lebih spesifik, seperti edukasi pada masyarakat miskin.
Dan yang menarik, penelitian karya Esther Duflo, perempuan berusia 46 tahun yang menjadi tokoh termuda peraih Nobel selama 50 tahun terakhir dan merupakan perempuan pertama. Ternyata, Duflo meneliti tentang SD inpres di Indonesia.
BACA JUGA:
- Sarjana Pelunas Janji Kemerdekaan, Film Terbaik Dokumenter Bidikmisi, Inilah 10 Karya Film Terbaik Beasiswa Bidikmisi
- Tim UNS Boyong Medali dalam Taiwan Innotech Expo, Tampilkan Inovasi Teknologi Pertanian
- Alumni Atma Jaya Yogyakarta Sabet Juara Sayembara Desain Taman Margasatwa Ragunan
- Siswi Asal NTT Jadi Menteri Komunikasi dan Informatika, Berorasi Ilmiah di Hadapan Dosen dan Wisudawan
Penelitian Duflo ini diterbitkan pada Agustus 2000, dengan judul Schooling and Labor Market Consequences of School Construction in Indonesia: Evidence from an Unusual Policy Experiment. Dalam abstraksi, ia menjelaskan penelitian ini berbasis pada realita di Indonesia pada medio 1973-1978. Kala itu, pemerintah Indonesia membangun lebih dari 61.000 SD Inpres.
SD Inpres merupakan program peningkatan kualitas pendidikan dasar pada era Orde Baru. SD Inpres terbentuk berlandas instruksi Presiden Nomor 10 tahun 1973 tentang Program Bantuan Pembangunan Gedung SD.
SD Inpres juga kerap disebut “sekolah kecil”, lantaran disediakan bagi anak-anak miskin di daerah terpencil. Meskipun ada yang berada di wilayah perkotaan, namun diperuntukkan bagi anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah.
Dalam riset tersebut, Duflo menunjukkan bahwa pembangunan SD Inpres memberikan dampak pada peningkatan pendidikan dan pendapatan masyarakat. Anak-anak usia 2 hingga 6 tahun di 1974 menerima 0,12 hingga 0,19 tahun lebih banyak pendidikan, untuk setiap sekolah yang dibangun per 1.000 anak di wilayah kelahiran mereka.
Sebenarnya, kebijakan SD Inpres ini merupakan ide Widjodjo Nitisastro. Namun, meskipun ia yang memiliki ide tersebut, ekonom ini belum pernah mendapatkan Nobel di bidang ekonomi. (yp)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply