JAKARTA, KalderaNews.com – Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menegaskan bahwa Kemenristek akan melaksanakan dua agenda penting, yaitu mensinergikan beberapa program Pendidikan Tinggi (DIKTI) dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) serta mendirikan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sesuai amanat Undang-undang Sisnas Iptek.
Pemerintah berambisi memiliki BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) karena selama ini ada kesan jalan sendiri-sendiri dalam kajiannya. Presiden tidak ingin kegiatan penelitian pengembangan pengkajian dan penerapan (litbangjirap) di setiap lembaga, tidak hanya LPNK dalam koordinasi Kemenristek, tetapi juga aktivitas litbangjirap dalam koordinasi Kementerian atau Lembaga lainnya.
Lebih lanjut ia menegaskan penelitian dan pengembangan yang dilakukan sendiri-sendiri akan membuat anggaran penelitian yang jumlahnya sedikit (kecil) menjadi tidak efektif, karena akan terbagi lebih sedikit bagi setiap peneliti.
BACA JUGA:
- Harapan dan Tantangan Dunia Pendidikan di Pundak Mas Nadiem
- Jangan Baper, Dikti Tuh Sekarang di Bawah Kendali Kemendikbud
- (Mengharapkan) “Midas Touch” dari Seorang “Silver-Spoon Kid”
- Pendiri dan CEO Go-Jek Jadi Mendikbud, Dulu Pernah Ikut Pertukaran Pelajar Lho
- Selamat, Kaesang Pangarep Dapat Entrepreneurship Awards!
“Karena ada keterbatasan anggaran, akhirnya kualitas penelitiannya menjadi terbatas, bukan karena kualitas penelitinya atau researcher, tapi lebih karena dana yang memang terbatas harus dibagi dalam jumlah besar,” ungkap Menristek/Kepala BRI yang pernah menjadi Menteri Keuangan pada 2014 hingga 2016 dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Menteri PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 2016 hingga 2019
Dalam program 100 hari Kemenristek/BRIN, Menteri Bambang Brodjonegoro mengungkapkan akan memfokuskan diri pada program, struktur dan imlementasi BRIN, serta mensinergikan program-program pendidikan tinggi dengan Kemendikbud.
“Nanti saya harus bertemu Pak Nadiem (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan), bicara bagaimana transisi yang terbaik, karena saya juga tidak mau waktu terbuang percuma dengan kesibukan urusan administratif birokrasi. Saya ingin semua orang bekerja keras (double gardan) untuk menyelesaikan homeworks bersama-sama.”
“Di satu sisi kita bereskan BRIN dan masalah organisasi kembalinya Dikti ke Kemendikbud, di sisi lain agenda ristek dan inovasi Kemenristek harus kita tetap kejar. Mudah-mudahan di awal ini semua orang bekerja keras sampai BRIN sudah punya bentuk yang jelas,” tandas lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) yang sudah menjadi guru besar (profesor). (LF)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply