JAKARTA, KalderaNews.com – Sebanyak 94 guru dikirim ke Malaysia untuk mengajar anak-anak Indonesia di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau Community Learning Center (CLC) yang tersebar di wilayah Sabah dan Sarawak.
Gaji yang diterima para guru tersebut disesuaikan dengan tingkat upah di Malaysia yaitu sebesar Rp 19,5 juta per bulan. Itu sudah termasuk biaya untuk tempat tinggal dan makan. Setelah 2 tahun mereka akan dievaluasi.
Hingga saat ini terdapat 160 PKBM di dua wilayah tersebut, dengan rincian 115 pada jenjang Sekolah Dasar (SD) dan 45 pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).
BACA JUGA:
- Festival Mural Meriahkan Dies Natalis ke-64 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
- Mahasiswa PMDSU Hasilkan 547 Publikasi Internasional, Unair Paling Banyak
- Atma Jaya Run 2019, Berlari dan Berdonasi untuk Beasiswa
- Erasmus Days 2019 Menguak Aksi Nyata Alumni untuk Negeri
Jumlah anak usia sekolah yang ada di perkebunan Malaysia itu ada sekitar 50.000 anak, sedangkan yang bisa kita dorong ke sekolah ada sekitar 18.000 anak. Sisanya, ikut bekerja bersama dengan orang tua mereka di perkebunan. Karena itu, dibutuhkan kerja sama dengan orang tuanya dan harus ada keinginan anak itu untuk belajar.
“Berikanlah yang terbaik untuk anak-anak Indonesia yang ada di sana dan saudara merupakan duta Indonesia yang mewakili Pemerintah dan Negara Indonesia sebagai wujud kepedulian Pemerintah terhadap nasib anak-anak Indonesia yang ada di luar negeri, khususnya di Malaysia,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy di Jakarta pekan ini.
“Ini merupakan bentuk komitmen dari Bapak Presiden Jokowi, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran. Sedangkan ini bukan hanya pinggir melainkan jauh di luar pinggiran. Jadi ini pekerjaan yang menantang dan berat dan harus anda lakukan dengan sebaik-baiknya,” imbuh Mendikbud.
Dalam mengajar, kata Mendikbud, membutuhkan kreativitas tinggi dalam metode dan strategi pembelajaran agar bisa memberikan dorongan bagi anak untuk semangat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).
“Jangan hanya kegiatan rutin, melainkan betul-betul guru yang kreatif yang mencoba memberikan pengalaman belajar yang optimal kepada anak-anak Indonesia yang ada di Malaysia. Jadi tidak hanya transfer pengetahuan melainkan juga memberi mimpi-mimpi yang besar, karena mereka umumnya berasal dari keluarga petani. Rata-rata (dalam diri) mereka tertanam perasaan rendah diri dan ini harus dibangkitkan karena ternyata setelah mereka dibina dengan baik, banyak sekali di antara mereka yang bisa masuk ke perguruan tinggi yang bagus,” terang Mendikbud.
Mendikbud berharap para guru yang dikirim ke Malaysia bisa memainkan multi peran sehingga bukan hanya sekadar menjadi guru melainkan juga peran-peran lain termasuk memberikan inspirasi kepada anak-anak serta menanamkan nasionalisme kepada mereka.
“Karena bagaimanapun mereka tetap anak Indonesia dan mereka ditunggu baktinya buat Indonesia. Memang target kita, mereka harus bisa pulang ke Indonesia dan bisa mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara. Itu yang penting sekali. Oleh karena itu, saudara di sana akan berpartner dengan guru-guru lokal yang asli dari Malaysia yang memang kita pekerjakan. Tolong agar mereka juga dibimbing, jangan sampai mereka mengajar dengan standar-standar Malaysia terutama dalam aspek-aspek yang berkaitan dengan masalah keindonesiaan,” pungkas Mendikbud (LF).
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply