JAKARTA, KalderaNews.com – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Kabinet Indonesia Maju Nadiem Anwar Makarim mengakui tanggung jawab yang diamanatkan Presiden Joko Widodo memang cukup besar dan berat. Namun, ia menerima tanggung jawab yang diberikan sebagai sebuah kehormatan karena keyakinan bahwa pendidikan menjadi faktor kunci untuk menghadapi berbagai tantangan bangsa di masa depan.
Cukup banyak tantangan yang harus diselesaikan, salah satunya adalah terkait skala pendidikan di Indonesia yang sangat besar. “Jumlah muridnya, jumlah gurunya, jumlah pemerintah daerahnya. Dan semua tersebar di archipelago terbesar di dunia, yaitu di Indonesia. Jadi challenge terbesar adalah skalanya,” ungkapnya.
Namun, Mendikbud optimistis dapat menghadirkan solusi yang baik dimulai dengan mendengar, berdiskusi, mempelajari kondisi yang ada bersama para pemangku kepentingan pendidikan dan kebudayaan.
BACA JUGA:
- Harapan dan Tantangan Dunia Pendidikan di Pundak Mas Nadiem
- Jangan Baper, Dikti Tuh Sekarang di Bawah Kendali Kemendikbud
- (Mengharapkan) “Midas Touch” dari Seorang “Silver-Spoon Kid”
- Pendiri dan CEO Go-Jek Jadi Mendikbud, Dulu Pernah Ikut Pertukaran Pelajar Lho
- Selamat, Kaesang Pangarep Dapat Entrepreneurship Awards!
- Penelitian SD Inpres, Antarkan Esther Duflo Raih Nobel Bidang Ekonomi
“Yang terpenting adalah kita harus mulai bukan dengan aksi, tetapi kita harus mulai dengan belajar dulu dengan semua stakeholders yang ada,” ujar Nadiem Makarim.
“Dari situlah baru kita menemukan solusi-solusi, baik teknologi maupun nonteknologi yang bisa meningkatkan kualitas pendidikan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Nadiem Makarim menyatakan bahwa fokusnya adalah memastikan sistem pendidikan yang dapat membentuk karakter generasi penerus bangsa.
“Sistem pendidikan yang berdasarkan kompetensi. Bukan hanya informasi saja. Harus ada skill. Juga relevansi. Selalu, Bapak Presiden ngomong perlu adanya link and match antara industri dan juga institusi pendidikan,” jelasnya.
Ditegaskannya, gotong royong adalah budaya bangsa Indonesia yang akan terus dikembangkan dalam setiap gerak Kemendikbud. “Gotong-royong dan kolaborasi. Tidak bisa kita lakukan ini sendiri. Semua harus terlibat, semua harus gotong royong untuk menciptakan institusi atau kualitas pendidikan yang lebih baik,” pesan Nadiem Makarim.
Mendikbud Nadiem memohon agar para seniornya, baik Mendikbud Muhadjir Effendy maupun Menristekdikti M. Nasir tidak segan untuk membimbingnya dan tidak bosan untuk menjawab pertanyaannya.
“Saya membutuhkan mentor-mentor yang bisa menjadikan saya pemimpin yang lebih baik,” ujarnya.
Sementara itu, saat meninjau lingkungan kantor Kemendikbud ia mengaku, “Saya tidak terkejut. Bahwa saya dipilih bergabung di kabinet, pasti itu kejutan. Tapi bahwa di bidang pendidikan itu tidak (terkejut), karena saya memang setahun lebih ini kenal dengan Pak Presiden walaupun membahas berbagai macam topik, ujung-ujungnya ke pendidikan lagi. Jadi setiap kali kita membahas semua masalah di negara ini, ujung-ujungnya solusinya ke masa depan yang bisa permanen, solusinya itu hanya di generasi berikutnya,” jawab Mendikbud.
Ia mengakui bahwa dirinya tidak pernah mengira akan bekerja di sektor pemerintahan. “Saya selalu merasa diri saya di sosial sektor maupun di private sektor. Hanya saja, dari dulu ada satu hal yang saya akan pertimbangkan dan saya ingin sekali mencoba memecahkan berbagai macam permasalahan, yaitu di (sektor) pendidikan,” kata Mendikbud.
“Tidak tahu kenapa dari dulu waktu saya dulu kerja di McKinsey pun saya menciptakan suatu misi yang namanya Young Leaders for Indonesia, dan itu sifatnya juga mendidik. Jadi memang ada ketertarikan yang luar biasa dengan topik pendidikan karena potensi penyelesaian masalah itu terbesar, bukan sekarang tapi masa depan,” pungkasnya. (ML)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply