JAKARTA, KalderaNews.com – Angin Topan Hagibis yang dalam bahasa Tagalog, Filipina, berarti “kecepatan”, sedang mengancam penduduk Jepang, terutama di Pulau Honshu. Padahal sebulan lalu, sebuah topan besar juga melanda Jepang, yang menghancurkan sekira 30 ribu rumah dan kerusakan jaringan listrik.
Badan Meteorologi Jepang menyebutkan, topan Hagibis akan jadi topan terbesar yang menerjang Jepang sepanjang dekade terakhir. Mata badai Hagibis diperkirakan sepanjang 55 mil atau sekitar 88 kilometer. Diameternya diperkirakan mencapai 1.400 kilometer.
BACA JUGA:
- Wow, Ditemukan Katak Bertanduk, Spesies Baru dari Hutan Kalimantan
- Lomba Foto dan Video Pendek Guru Madrasah, Total Hadiah Rp 48 Juta
- Gagal Beasiswa 6 Kali, Rizka Primahasti Ayuni Pantang Menyerah
Topan Hagibis akan jadi topan dengan curah hujan tertinggi dalam 60 tahun terakhir. Topan Hagibis juga memiliki kekuatan untuk menyapu apa saja yang ada di depannya, dengan kecepatan angin mencapai 240 kilometer per jam.
Topan Hagibis diperkirakan akan sedahsyat Topan Ida yang pernah menerjang Jepang pada 1958. Topan Ida mengakibatkan sekitar 1.200 orang meninggal dunia.
Akibat ancaman Topan Hagibis, banyak penerbangan dibatalkan. Ada kurang lebih 1.280 penerbangan yang sudah dibatalkan akibat ancaman topan ini. Selain penerbangan, gelaran Grand Prix Formula 1 di Sirkuit Suzuka juga terpaksa dijadwalkan ulang.
Kazuhisa Tsuboki, profesor di Universitas Nagoya, yang khusus mempelajari topan, mengatakan bahwa topan Hagibis berpeluang menjadi jauh lebih kuat dibandingkan Topan Faxai. “Saat mendekati daratan, angin kencang akan menjadi masalah besar dan penduduk di Nagoya dan Tokyo akan berada dalam bahaya,” ujarnya.
Sementara, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) mengungkapkan, topan Hagibis memicu gelombang setinggi empat meter di Samudra Pasifik, Timur Laut Filipina, yang masuk wilayah perairan Indonesia.
Kepala Sub Bidang Iklim dan Cuaca BMKG, Agie Wandala mengatakan, topan Hagibis ini merupakan siklon tropis yang saat ini terjadi di belahan bumi utara. “Lokasinya memang cukup jauh dari Indonesia, sehingga dampaknya adalah dampak tidak langsung,” ujar Agie. (yp)
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply