Ini Profil dan Reaksi Pedas Netizen Terkait Impor Rektor Asing dari Korea Selatan

Rektor asing pertama di Tanah Air Profesor Jang Youn Cho dari Korea Selatan akan menahkodai Universitas Siber Asia
Rektor asing pertama di Tanah Air Profesor Jang Youn Cho dari Korea Selatan akan menahkodai Universitas Siber Asia (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Pro-kontra rektor asing di Indonesia akhirnya dikejutkan dengan keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir yang meluncurkan perguruan tinggi (PT) swasta baru yang dipimpin rektor asing di Indonesia.

Rektor asing pertama di Tanah Air yang akan memimpin Universitas Siber Asia tersebut adalah Jang Youn Cho dari Korea Selatan. Bayangan masyarakat selama ini, rektor asingnya berasal dari entah Eropa, Amerika atau Australia, ternyata dari dari Asia.

Universitas Siber Asia ini sendiri akan diselenggarakan oleh Universitas Nasional Jakarta melalui kerja sama dengan Hankuk University of Foreign Studies, Korea Selatan di bawah naungan Yayasan Memajukan Ilmu dan Kebudayaan (YMIK).

BACA JUGA

Harapannya, Universitas Siber Asia ini menjadi perguruan tinggi pertama di Indonesia yang berbasis online (daring) dan dipimpin oleh rektor asing.

Sebelumnya, Nasir menargetkan pada 2020 sudah ada perguruan tinggi yang dipimpin rektor terbaik dari luar negeri dan pada 2024 jumlahnya ditargetkan meningkat menjadi lima PTN.

“(Kita nanti tantang calon rektor luar negerinya) kamu bisa tidak tingkatkan ranking perguruan tinggi ini menjadi 200 besar dunia. Setelah itu tercapai, berikutnya 150 besar dunia. Setelah ini 100 besar dunia. Harus seperti itu. Kita tidak bisa targetnya item per item. Bisa tidak mencapai target itu. Nanti (dia harus meningkatkan) publikasinya, mendatangkan dosen asing, mendatangkan mahasiswa asing, bahkan mahasiswa Indonesia bisa kirim ke luar negeri,” ungkap Menristekdikti pada Sabtu, 27 Juli 2019 lalu.

Saat pembukaan Kegiatan Ilmiah dan Rakornas Inovasi 2019 di Hotel Grand Inna Bali Beach, Sanur, Bali, Senin, 26 Agustus 2019 lalu, ia menegaskan kehadiran rektor asing itu harus bisa menjadikan universitas yang dipimpinnya semakin berkualitas dan memiliki daya saing di tingkat internasional.

Profil Jang Youn Cho

Cho dikenal sebagai profesor pendidikan online pertama di Korea. Ia pernah dinominasikan sebagai 10 besar profesor terbaik di Universitas Nebraska-Lincoln dan terakhir menjabat sebagai Vice President Hankuk University of Foreign Studies.

Jang Youn Cho, Ph D, CPA menempuh pendidikan di Hankuk University of Foreign Studies (Highest honor, B.A. in Public Adm.), University of Texas at Arlington (Master of Professional Accounting), dan University of Florida, Fisher School of Accounting, Ph. D. (Accounting).

Dia juga membuka program MBA Cyber ketika masih menjabat dekan Pascasarjana di School of Business. Ia pernah tercatat pernah tujuh kali dinominasikan sebagai profesor terbaik selama sepuluh tahun terakhir di Universitas Nebraska-Lincoln.

Tak hanya berkarier akademik, Cho juga memiliki catatan kerier sebagai profesional di sejumlah perusahaan. Ia anggota dewan di beberapa perusahan, seperti S-Oil dan Korean-Saudi Aramco Company. Dikutip dari situs Universitas Nasional, ia sempat tinggal 17 tahun di Amerika Serikat dan kembali ke Korea Selatan pada 1997.

BACA JUGA:

Cho besar di Amerika Serikat (AS) selama 17 tahun sebagai Asisten Profesor di University of Nebraska di Lincoln. Lalu ia memutuskan untuk kembali ke Korea Selatan, tanah kelahirannya, dan berkarir di pemerintah Korea Selatan.

Cho menjabat sebagai Vice Chairman, Korea Accounting Standards Board, lalu pernah menjadi anggota, Dewan Standarisasi Akuntansi Pemerintah, di Kementerian Keuangan dan Ekonomi Korea pada 1999-2000. Lalu pada 2001-2002 menjadi Editor di Korean Accounting Review.

Tercatat sejak 1997, Cho yang juga lulusan Hankuk University of Foreign Student, menjadi Profesor Hankuk University of Foreign Student di Departemen Administrasi Bisnis. Ia mempunyai tiga bidang penelitian yang menjadi fokus, yakni penilaian dan analisis bisnis, kinerja penghasilan, serta akuntansi internasional

Terakhir, Profesor Cho menjadi Vice President di Hankuk University. Ia juga menjadi rektor di Cyber University of Foreign Studies, Hankuk University pada 2014-2017. Pada 2010-2014, Cho menjabat sebagai Dekan Fakultas Administrasi Bisnis, Pascasarjana School of Business di universitas yang sama.

Reaksi Jujur Netizen

Sejak dikenalkan di Kegiatan Ilmiah dan Rakornas Inovasi 2019 di Hotel Grand Inna Bali Beach, Sanur, Bali, Senin, 26 Agustus 2019 lalu, muncul beragam reaksi netizen terkait keputusan ini.

Penelusuran KalderaNews menemukan reaksi negatif dan pedas terkait penunjukkan rektor asing pertama tersebut:

Almudatsir Bin Masri @AlmudatsirBin 29 Agt, “Saya tidak setuju dengan rektor asing, Apakah tidak adalagi WNI yg layak jadi rektor?

Hilmi Firdausi @Hilmi28 27 Agt, “Ketika ada dosen dan mahasiswa yg dianggap radikal dan anti pancasila…dipilihlah rektor asing ini. Smg ia hafal pancasila agar tdk disebut terpapar radikalisme. Btw, teman2 setuju dgn rektor asing?“.

BACA JUGA:

Rini Syafri @Dr_rinisyafri 29 Agt, “Bukti bahwa paradigma Islam tentang pendidikan dan fungsi negara adalah solusi yg menjanjikan bg persoalan pendidikan bangsa ini. Jd bukan dg mengimpor rektor asing

Liza Burhan @Lizahra_PGA 28 Agt, “Nah ini pertanyaan mendasarnya. Jika dosen pakar sekaligus pengajar Pancasilanya saja digebuk tanpa kejelasan, kenapa rektor asing yang gak faham Pancasila justru dipertugaskan?! #NalarKamiBertanya Cc Prof @sutekov

D_Mechy @YongL4dy 27 Agt, “Terima Kasih buat Rezim ini yang tak lagi mempercayai Anak Bangsa nya sendiri untuk menjadi Rektor”

Islam4All @Muji_TabloidMU 28 Agt, “Dg ideologi apa rektor asing akan mendidik mahasiswanya? Pancasila?

Prof. Bubuk Kopi @Prof_Kupi 27 Agt, “Yang meresa Rektor apa gak malu tu, Anda sekalian di anggap tak mampu jd rektor kampus. Kalian mahasiswa apa kalian mau ada rektor asing.? Dibilangin pake bahasa indonesia aja kaga didengerin apa lagi pake bahasa asing ( gak ngerti gue)”

Pemuda ideologis @rasmanduri 28 Agt, “Ad Dosen yg ngajar ttg pancasila selama 20 thn lebih, dipecat dg tuduhan radikal karena sepakat dg penerapan syariat islam. Lalu bagaimn dg REKTOR asing yg didtangkan rezim ap sudah tahu ap itu pancasila ?? Nanya..”

Rido oetoro @ridooetoro1 42mnt “Membalas @SamMambela dan @e100ss saya pribadi juga nggumun, sy bukan anti dgn kontribusi asing .. tapi sampai saat ini sy masih haqqulyaqin, masih banyak koq calon rektor lokal yg kredibel .. jangan” permasalahannya hanyalah bekutat pada #kepentingan hingga ujungnya menafikan potensi sendiri yg tak kalah mumpuni”

Muhammad Firmansyah @Muhamma00363794 31 Agt, “Membalas @Hilmi28 Daripada ada rektor asing, mending suruh bapak gua jadi rektornya. Bapak gua NASIONALIS“.

Wanti-wanti Anggota DPR

Sebelumnya, sejumlah Wakil Rakyat juga sudah mewanti-wanti wacana impor rektor asing. Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Abdul Fikri Faqih melihat, banyak ironi di balik kebijakan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) yang mengusulkan rektor asing bisa memimpin pergurun tinggi Indonesia. Bukankah pemerintah mengakhawatirkan intervensi asing. Mengapa justru mendatangkan rektor asing yang membuka kemungkinan intervensi tersebut.

Fikri menyerukan pemerintah sebaiknya tak mengimpor rektor asing itu, karena akan menimbulkan kisruh di kalangan akademisi. Sebaliknya, pemerintah harus menghargai prestasi anak bangsa sendiri yang telah memajukan bangsa ini lewat perguruan tinggi.

“Kita punya rektor di Indonesia yang berprestasi dan mampu PTN-nya masuk peringkat dunia. Mengapa tidak kita hargai dan kita manfaatkan dengan baik?” ungkap Anggota Komisi X DPR RI Marlinda Poernomo.

BACA JUGA:

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Reni Marlinawati mengatakan, ide mendatangkan rektor asing untuk PTNBH semestinya dapat dihindari jika Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dapat memetakan persoalan dan membuat solusi peningkatan kualitas perguruan tinggi Indonesia.

Reni menambahkan, rencana tersebut menunjukkan kurang maksimalnya Kemenristekdikti dalam membentuk sistem pendidikan tinggi yang visioner, ajeg dan adaptif dengan perkembangan zaman.

Anggota Komisi X DPR RI Ferdiansyah mengatakan, urgensi mendatangkan rektor asing harus jelas. Ia pun memberikan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh rektor asing bila nantinya kebijakan tersebut tetap diberlakukan.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Sutan Adil Hendra menilai wacana Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) terkait rektor dari warga negara asing (WNA) untuk memimpin perguruan tinggi negeri (PTN) sebagai ironi kemandirian bangsa. Menurutnya, Indonesia harus memperbaiki Sumber Daya Manusia (SDM)-nya sendiri. (JS)

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*